Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Berburu Gerhana di Halmahera Utara

21 April 2016   07:06 Diperbarui: 21 April 2016   07:58 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maret 2016, ribuan astronomer dari berbagai penjuru dunia menyerbu Indonesia untuk merekam fenomena alam unik, gerhana matahari total (GMT). Mereka adalah para pemburu gerhana yang mengejar GMT hingga ke berbagai belahan dunia di mana lokasi GMT terjadi. Di antara ribuan turis asing pemburu gerhana tersebut terselip sepasang astronomer dari Jerman, Gernot dan Pascal.

Mereka juga datang ke Indonesia saat GMT terjadi di Pulau Jawa tahun 1983. “Kami cinta Indonesia,” kata Gernot. Bertahun-tahun, suami-isteri ini berkeliling dunia, termasuk ke tempat-tempat terpencil di antaranya kutub utara, untuk merekam GMT. Mereka bahkan terbang ke angkasa bersama lembaga antariksa milik pemerintah Amerika Serikat  NASA untuk mendokumentasikan fenomena alam unik ini.

[caption caption="Gernot dan Pascal, astronomer dari Jerman merekam GMT di Halmahera Utara"][caption caption="Gernot dan Pascal, pasangan astronomer dari Jerman merekam GMT di Halmahera Utara"][/caption]

Keduanya mengaku, yang membuat pengalaman mereka menyenangkan bukanlah semata-mata GMT itu sendiri, melainkan lokasi tempat terjadinya GMT dan bagaimana mereka bisa bersama-sama dengan penduduk lokal menyaksikan GMT berlangsung. Dari sejumlah lokasi GMT di Indonesia tahun ini, Gernot dan Pascal memutuskan pergi ke provinsi Halmahera Utara, dimana durasi GMT di sini termasuk paling lama.

Alasan lain memilih Halmahera Utara sebagai tempat pengamatan GMT adalah karena keindahan alam, kekayaan sejarah, serta budayanya yang beragam dan unik. Banyaknya lokasi pengamatan yang ideal sekaligus indah, ternyata justru membuat Gernot dan Pascal  tak bisa segera memutuskan dimana titik lokasi pengamatan mereka.

Hari pertama di Ternate, mereka menghabiskan waktu seharian untuk mengelilingi pulau. Hanya butuh waktu sekitar sejam untuk berkendara menyusuri  jalan sepanjang pinggir pantai pulau Ternate. Namun, Gernot mengaku, bentang alam Pulau Ternate yang indah seakan tak habis mereka eksplorasi selama tiga hari tinggal di Ternate.

[caption caption="Kota Ternate berlatar belakang Gunung Gamalama"]

[/caption]

Gunung Gamalama yang menjulang di belakang kota Ternate dan laut Maluku yang luas terhampar di  “halaman depan”, membentuk sebuah lanskap kota yang unik dan menawan. Perhatian Gernot tertuju pada sebuah vila yang terlihat “sendirian” bertengger di lereng Gunung Gamalama. Saat dihampiri, vila itu ternyata “istana kecil” Sultan Ternate yang dibangun untuk peristirahatan keluarga istana. Istana utama Kesultanan Ternate sendiri terletak di pusat Kota, dan kini menjadi salah satu tujuan wisata utama.

Dari teras “istana kecil” di lereng Gunung Gamalama ini kota Ternate nampak jelas terbentang di sepanjang pantai. Di kejauhan, Pulau Tidore memperlihatkan sebagian sisinya. Dengan posisi menghadap tepat ke Timur, Sultan Ternate sepertinya ingin menjadi orang pertama di pulau yang menyaksikan matahari terbit. Di pagi hari, pemandangan dari teras istana ini seperti potret menakjubkan di kartu-kartu pos, tanpa cela. Gernot dan Pascal pun menemukan pilihan lokasi pertama mereka untuk menyaksikan GMT.

Masalahnya adalah, untuk mencapai istana kecil ini dibutuhkan mobil jip yang dilengkapi dobel gardan mengingat jalan mendaki yang sangat terjal. Tanpa bawaan, pengunjung bisa nyaman melakukan trekking ke “istana kecil”. Namun, dengan teropong dan peralatan astronomi yang lumayan berat, diperlukan banyak orang untuk mengangkut semua perlengkapan tersebut. Jadi, “Ayo kita ke lokasi lainnya!” kata Gernot.

Sasaran lokasi berikutnya adalah sejumlah benteng pertahanan kuno yang tersebar di Pulau Ternate. Setidaknya, ada delapan benteng di pulau Ternate  yang masih bertahan hingga sekarang, sebagian dalam kondisi memprihatinkan. Namun, empat benteng di antaranya masih terlihat utuh karena direnovasi pemerintah, yaitu: bentengTolukko, Kalamata, Kastela, dan benteng Oranje.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun