"Belajarlah setinggi-tingginnya nak, minimal sarjana!" Mungkin kalimat ini biasa terdengar dikalangan Masyarakat,betul?Dari kalimat itu pun dapat kita pahami bahwa ada rasa bangga dalam benak orang tua yang anaknnya bergelar sarjana,namun sarjana saja bagi para ahli belum tentu hebat. Ada banyak orang yang memilih mengabdikan umurnnya untuk memilih pendidikan hingga jenjang professor. Sudah jelas bahwa sarjana sebenarnnya hanya batu loncatan awal dalam dunia pendidikan di Negara kita, dibalik itu ada unsur yang lebih penting, yaitu pendidikan moral atau karakter, cotoh kecil, dalam catatan kaki dosen kami tertera,"Hindari segala macam kecurangan karna pertanggung jawabnnya berat, kamu tidak akan kuat" Hal ini termasuk dalam pendidikan karakter, yaitu jujur dalam bertindak.
Mari kita flashback lagi kalimat pertama,"minimal sarjana!Sarjana?Iya, sarjana". Karena tingkat pendidikan setelah SMA ini para pelajar akan mengalami keadaan dimana wawasan ilmu akan semakin luas, zona pergaulan semakin bebas. Tentu otak semakin berfikir keras untuk bisa lebih cerdas, bukan hanya cerdas akademik namun juga sosial. Kalau para mahasiswa paham akan konsep pendidikan karakter ini, tentu tidak akan ada stigma buruk dari masyarakat. Sekali lagi, pendidikan formal yang semakin naik kelas seharusnnya dibarengi dengan karakter yang lebih berkelas, contohnnya seperti, lebih santun terhadap sesama, dan mengerti akan hakikat adannya pendidikan, seperti filosofi padi "semakin berisi tambah semakin tunduk" Semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah dilampui, semakin tinggi pula moral yang dimiliki, dimanapun, bahkan dalam lingkungan non kampus sekalipun. Jadi, para akademisi pendidikan berkarakter sekarang ini, mutlak diperlukan bukan hanya disekolah saja, tetapi dirumah dan lingkungan sosial.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H