Mohon tunggu...
ᶜᵒᶜᵒмеo
ᶜᵒᶜᵒмеo Mohon Tunggu... Freelancer - Cogito ergo scribe

More Coffee More Beer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengurai Tabir Kontroversi Gayus Tambunan dan Pelajaran Berharga sebagai Penulis Media Digital

23 September 2015   03:46 Diperbarui: 23 September 2015   06:46 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Don't revel in your ignorance, douch*b*g"][/caption]

”Don't revel in your ignorance” - Andreas

Sekali ini saya tergelitik untuk mencermati masalah ini walaupun tidak memiliki kepentingan. Anggap saja ini adalah sebuah analisis namun saya sudah mencoba mengumpulkan kepingan jigsaw yang berserakan.

Saya asumsikan telah banyak analisis yang beredar untuk menanggapi ulah Gayus Tambunan yang sempat-sempatnya melipir ke sebuah restoran di bilangan Panglima Polim, Jakarta Selatan setelah mampir untuk mengurus perkaranya di daerah Jakarta Utara.

Bagi kalian warga Jakarta pasti sudah paham seberapa jauh jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh antara Jakarta Utara menuju Jakarta Selatan tersebut. Wow, mengagumkan bukan?

Seorang narapidana bebas berkeliaran sejauh dan selama itu dengan memanfaatkan kesempatan yang dimiliki saat mendapat ijin keluar lapas untuk keperluan sebuah persidangan perdata. Wow!!

Lalu, saya menyaksikan perkembangan selanjutnya di kompasiana adalah kisruh mengenai siapa sesungguhnya kompasianer yang memiliki level menulis tingkat dewa yang diduga berat merupakan Gayus Tambunan serta dua kompasianer lainnya yakni I dan VS (pada dasarnya saya tidak suka menggunakan inisial, tapi apa boleh buat).

Untuk mengurai tabir itu semua sebenarnya gampang-gampang susah. Antara keberanian menghadapi efek yang akan terjadi setelahnya dan memang susah untuk menganalisisnya.

Namun, di sini saya benar-benar tergerak untuk merubah pola pandang kompasianer yang masih keras kepala untuk mengakui padahal jelas mengetahui. Seperti yang saya ungkapkan di awal, "Don't revel in your ignorance" bermakna bahwa jelas mengetahui tapi enggan untuk mengakui kebenaran yang terjadi.

Baiklah, saya akan uraikan satu persatu benang merahnya dengan kode etik jurnalistik yang berlaku sehingga semua pertanyaan bisa terjawab dan jika tulisan ini terhapus akan jelas adanya konspirasi,

Kisruh dari semua kehebohan ini berawal dari tulisan Kompasianer Tommy Unyu Unyu yang berjudul "Ketika Dua Celeb Kompasiana Terpesona Kepada Koruptor" (sudah dihapus oleh admin dari halaman aslinya), yang menurut catatan google artikel ini ter-publish: 19 September 2015 pukul 10:43:26 dan di-update oleh yang bersangkutan: 19 September 2015 pukul 15:12:03

Dalam tulisan tersebut pada dasarnya tidak ada yang salah terhadap isinya dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis adalah makna HIPOKRIT namun akar masalahnya adalah penulis dengan gamblangnya menampilkan foto tanpa adanya sumber foto tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun