Mohon tunggu...
masrizal bin zairi
masrizal bin zairi Mohon Tunggu... -

harus tahu dan pengen tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ba Ranub dalam Adat Aceh

21 April 2014   06:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ba ranup atau membawa sirih adalah sebuah tradisi sakral dalam adat Aceh pada saat melakukan prosesi perkawinan. Kebiasaan ini terus dipertahankan secara turun-temurun.


Sebelum ba ranub, terlebih dahulu pihak keluarga akan mengirim seorang utusan yang disebutseulangke untuk mengurusi perjodohan. Jika seulangke telah mendapatkan gadis yang dimaksud, maka terlebih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum ada yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu.


Pada hari yang telah disepakati datanglah rombongan orang-orang yang dituakan dari pihak pria ke rumah orangtua gadis dengan membawa sirih (ba ranub) sebagai penguat ikatan.

Dalam prosesi ba ranub, sirih yang digunakan merupakan sirih pilihan.  Kemudian sirih-sirih itu digunakan untuk membuat mahkota yang menyerupai kupiah meukutop, bentuk kupiah Sultan Iskandar Muda.


Cara menyusunnya tidaklah mudah, dibutuhkan keahlian khusus. Pertama dibutuhkan tunas pisang yang panjangnya sekitar 100 centimeter untuk diletakkan dalam cerana berkaki. Batang pisang itu sebagai tempat ditempelnya daun sirih secara melingkar hingga membentuk kupiah meukutop.


Agar lebih menarik, biasanya dihiasi dengan gantungan biji pinang yang sudah dibelah kecil-kecil, gambir, kapur dan bunga cengkeh yang dibungkus dengan kertas warna-warni. Satu lagi tembakau sugi.


Dalam kebiasaan orang Aceh, makan sirih adalah hal yang lumrah dilakukan masyarakat Aceh. Makan sirih tidak lengkap bila tidak ditambah semua pernak-pernik yang disebutkan di atas.


Perlengkapan lainnyaketika ba ranub adalah batee ranub atau cerana tanpa kaki yang diisi dengan biji-bijian. Seperti benih padi, mentimun, labu, dan kunyit. Ditengah-tengah biji-bijian itu diletakkan cincin atau kalung emas sebagai mahar. Selanjutnya cerana tadi dibungkus dengan kain kuning.


Setelah acara lamaran selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut.


Menurut orang tua di Aceh, proses jak ba ranub merupakan pengikat hubungan antara pihak keluarga calon dara baro (pengantin perempuan).Dimana, sirih di Aceh memiliki simbol kemulian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun