Menuju masyarakat sejahtera dalam suatu permukiman. Menuju 100% ketersediaan air bersih dan air minum, 0 % kawasan kumuh, 100 % sanitasi yang memadai. Mendukung Nawacita Kabinet Kerja. (Tulisan ini tidak ikut dikompetisikan, hanya sekedar menulis)
Jalan Turangga nomor 3-5 , Bandung. Tepatnya di GEDUNG PUSKIM CONVENTION CENTRE GRHA WIKSA PRANITI. Hari Kamis pagi tanggal 7 Mei 2015. Dengan tema acara Mengupas Tentang Penerapan Hasil Litbang Bidang Permukiman Kementerian PUPR. Sebagai rangkaian dari KOLOKIUM PUSAT LITBANG PERMUKIMAN TAHUN 2015. Tema KOLOKIUM tahun ini adalah, ” Dukungan Inovasi Teknologi dalam Mewujudkan Permukiman Layak Huni dan Berkelanjutan”.
PEMBICARA . Setelah mengitari taman dan gedung yang asri ini, akhirnya duduk di bawah tenda bagian timur. Bersama 50 kompasianer saya menyimak acara . MC cantik Disya dari Radio Oz membuka acara. Lalu moderator Wardah Fajri (Wawa) dari Kompasiana mulai memandu acara.
Pembicara 1: Bapak Iwan Suprijanto ST,MT Maka Bapak Iwan Suprijanto ST,MT selaku Kepala Bagian Program dan kerjasama Puslitbang Permukiman , Balitbang, Kementrian PUPR. Dipaparkan bahwa Puslitbang Permukiman memiliki banyak produk hasil penelitian yang dapat diaplikasikan dalam proses pembangunan gedung/rumah dlsbnya. Namun banyak yang belum terekspose di masyarakat. Bagi mereka yang ingin mengaplikasikan berbagai
teknologi ini dapat menghubungi Puslitang Permukiman, yang kantor utamanya ada di Jalan Panyawungan, Cileunyi. Kalau tempat acara forum Blogger ini berlangsung, GRHA WIKSA PRANITI (Jalan Turangga) adalah , ruang pamer atau display produk, sebagai Convention Center, dan menjadi percontohan paripurna desain bangunan ramah lingkungan.
Pembicara 2 Ir Budiono Sundaru. Selanjutnya Bapak Ir Budiono Sundaru , selaku perekayasa, bidang perumahan dan lingkungan Puslitbang Permukiman , Balitbang, Kementrian PUPR. Ia memaparkan tentang Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Teknologi ini idenya sudah terpikir sejak lama oleh penemunya. Motivasi utama pembuatan rumah instan sederhana sehat adalah untuk percepatan pembangunan perumahan, yang back lognya per tahun saat itu cukup signifikan. Dengan gagasannya terinspirasi Lego (mainan anak). (catatan tambahan dari penulis) Motivasi ke dua , diharapkan pabrikasi rumah ini dapat menyerap tenaga kerja , atau pemberdayaan masyarakat.(catatan tambahan dari penulis) Motivasi ke tiga, adalah meminimalkan penggunaan kayu. Menurut organisasi
world wild internasional, teknologi RISHA ini ramah lingkungan. Karena minim menggunakan kayu.(catatan tambahan dari penulis) Lalu pemikiran ini dituangkan dalam bentuk penelitian dan studi, sejak tahun 2002. Setelah diaplikasikan dalam bentuk 3 buah panel rumah, maka dilakukan pengujian beberapa bulan di Laboratorium yang dimiliki oleh Puslitbang Permukiman, dan satu-satunya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Hasil pengujian bangunan tersebut ternyata tahan gempa. Rencana Launching bulan Juni atau Agustus 2004 karena satu dan lain hal, diundur menjadi tanggal 20 Desember 2004. Launching yang dihadiri oleh 2 menteri , yakni Menteri PU Bapak Ir Djoko Kirmanto, dipl HE, dan Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Asyari (waktu itu 2 kementerian masih terpisah). Tanggal 26 Desember, tepat 6 hari setelah peluncuran RISHA, terjadi tsunami di Aceh. Segera teknologi RISHA ini diterapkan dalam darurat perumahan di kawasan korban gempa tsunami Aceh. Sumber dananya dari beragam negara donatur yang dananya dihimpun serta dikelola oleh organisasi migrasi internasional, atau IOM ( International Organisation of Migration).
Maka dikerahkanlah aplikator yang baru dilatih, untuk memproduksi panel-panel RISHA (ada 3 komponen, P1,P2,P3). Panel RISHA, kalau dalam rumah konvensional, adalah KOLOM. Tentunya bentuk sederhana ini tidak lahir dari pemikiran yang sederhana, melainkan proses pemikiran yang komprehensif. Jauh ke depan. Panel inilah yang
mobile mudah diangkut ke segala pelosok , untuk dapat dibangun. Kelak jika mereka yang menerima sumbangan rumah akan pindah, dapat dibongkar dan dipindahkan panel ini ke tempat baru.
RISHA teknologinya bisa dipelajari mereka yang bergerak di bidang teknik bangunan. Tentunya harus dengan pelatih yang ditunjuk dan dipercaya oleh PUSKIM. Lalu dalam produksinya harus dengan pengawasan dari PUSKIM juga. Banyak masyarakat salah kaprah, dikiranya PUSKIM memproduksi dan menjualnya. Tentu saja tidak. PUSKIM yang menemukan teknologinya, lalu disosialisasikan untuk diterapkan di masyarakat sebagai produsen maupun pengguna.
Harga jualnya tentunya berfluktuasi sesuai naik turunnya inflasi dan harga bahan bangunan. Panel RISHA ini berupa bahan adukan (pasir, kerikil dan semen) yang dicetak dalam cetakan besi. Cetakan inilah yang turut menentukan produk panel RISHA. Panel-panel inilah yang nantinya akan siap dirakit , pesan pagi, sore jadi. Istilahnya BMW. Tentang RISHA ini bisa dibaca juga di
http://puskim.pu.go.id/risha-rumah-instan-sederhana-sehat/ Sekarang ini sudah pernah ada 67 aplikator RISHA . Barangkali mau mencoba? Harus pelajari dulu proses dan kaidahnya.
Pembicara 3: Bapak Sarbidi, ST, MT. Bapak Sarbidi, ST, MT selaku Peneliti Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Puslitbang Permukiman , Balitbang, Kementrian PUPR. . Memberikan penjelasan bahwa tak lengkap membenahi permukiman tanpa melengkapi dengan fasilitas air bersih dan sanitasi yang baik. Selain itu juga perlu ramah lingkungan. Adalah gagasan cemerlang memanfaatkan air hujan. Gedung ramah lingkungan ini mengaplikasikan sistem penampungan air hujan.
Saya amati lingkungan sekitar. Ruang terbuka hijau sebagai pori-pori resapan air, di bawahnya terdapat tempat penampungan air hujan (Sub reservoir). Bapak Sarbidi ST , MT, mengaplikasikan sistem ini untuk mengoptimalkan sumber daya air hujan. Ia menjelaskan, bahwa air hujan yang deras dari atap dari atap, mengalir lewat paralon ke saluran-saluran (menyerupai selokan) yang mengitari gedung. Selain itu air yang memang langsung dari hujan , juga mengalir ke saluran tersebut.
Air hujan otomatis mengalir ke saluran dimana terdapat batu-batu kapur. Fungsinya untuk menambah kadar mineral dari air hujan tersebut, masuk ke pipa-pipa menuju penyimpanan air. Nantinya air tersebut didistribusikan dan diolah sesuai kebutuhan. Ada beberapa jenis pengelolaan. Tentu caranya berbeda sesuai dengan tujuan penggunaan dan kebutuhan. Misalkan ada pengolahan untuk siap minum, ada yang untuk keperluan MCK, adapula yang untuk sanitair (closet, cuci, mandi dlsnya). Dengan demikian, meski pada lahan ini didirikan bangunan, daya serap lahan terhadap air hujan tetap berimbang setidaknya mendekati daya serap lahan terhadap air hujan, saat masih berbentuk lahan kosong. Genangan air tidak membludak dan tidak limpas ke jalan atau ke luar kawasan ini, meski curah hujan sangat tinggi. Nanti di lapangan, akan ada berbagai penjelasan tentang mumpuninya teknologi pengolahan air hasil penelitian para Peneliti PUSKIM. Jika berminat, bisa menghubungi PUSKIM.
GEDUNG PUSKIM CONVENTION CENTRE GRHA WIKSA PRANITI, PERCONTOHAN BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN , DENGAN NILAI ARSITEKTUR LOKAL (SUNDA) Hari Kamis pagi tanggal 7 Mei 2015. Bersama Kompasianer Bandung, dan admin Kompasiana , saya hadir di acara “Mengupas Tentang Penerapan Hasil Litbang Bidang Permukiman Kementerian PUPR”. Sebagai bagian dari rangkaian KOLOKIUM PUSAT LITBANG PERMUKIMAN TAHUN 2015. Tema KOLOKIUM tahun ini adalah, ” Dukungan Inovasi Teknologi dalam Mewujudkan Permukiman Layak Huni dan Berkelanjutan”. Gedung dengan bentuk atap Julang Ngapak (khas Sunda) , itu membujur dari utara ke selatan. Lokasinya di jalan Turangga, Bandung. Tak jauh dari Trans Studio Mall , Hotel Trans dan Hotel Ibis , di jalan Gatoto Subroto . Kalau melihat atap Julang Ngapak, model atap dari kekayaan budaya Sunda. Saya teringat suami saya, seorang arsitek, yang saat tugas akhir maket yang dibuatnya adalah bangunan-bangunan berbentuk Julang Ngapak. Suami saya penyuka budaya tradisional bangunan Sunda. Julang Ngapak juga diterapkan di rumah pertama kami di kawasan Riung Bandung. Selanjutnya desain yang sama ia terapkan di Hotel Lingga Bandung. Itulah ciri khas desain ssuami saya, termasuk di sebuah kawasan di Lembang. Ada sebuah kompleks yang menyimpan ciri khas karakter desain suami. Karenanya, ketika menyaksikan desain Gedung ini, saya jadi keringat karakter khas suami saya, jika mendesain. Ia akan mengsung budaya tradisi atap Sunda, seperti saat tugas akhirnya, dan dalam beberapa karya desainnya. Mungkin kebetulan saja bangunan ini mirip dengan karakter favorit saya. Sejarah gedung ini? Dulunya pegawai Puslitbang Permukiman Kementrian Pekerjaan Umum (duluPU sekarang PUPR) berkantor di jalan Turangga ini. Tapi sebagian berkantor di Jalan Tamansari Bandung. Tentu belum banyak yang tahu, bahwa dulu Puslitbang Permukiman berada di bawah naungan PBB. Inilah lembaga pemerintah, satu-satunya , yang memiliki laboratorium pengujian bahan bangunan dan bangunan terbaik dan terlengkap di AsiaTenggara, ya Puslitbang Permukiman ini. Tapi lebih populernya masyarakat menyebutnya PUSKIM. Konsultan arsitektur dan kontraktor /developer tempat saya bekerja (dulu) selalu menguji keandalan beton di tempat ini. Selanjutnya tahun 1991an kantor Turangga maupun kantor Tamansari dipindahkan di kawasan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Yang lahannya sangat luas, di sana berbagai laboratorium yang berkaitan dengan bahan bangunan . Jika berkunjung ke sana, maka kita dapat menyaksikan contoh-contoh bangunan hasil penelitian. Semisal rumah contoh Rika, Ruspin, Campernik, Teknologi Pracetak N Panel, Teknologi Pracetak C-Plus. Sebenarnya banyak sekali hasil penelitian PUSKIM yang dapat diaplikasikan dalam industri perumahan di negeri kita. Tahun 2005an mulailah diwacanakan lahan milik Kementrian PU ini akan dijadikan apa. Maka seperti yang ada di hadapan saya pagi itu, sebuah bangunan ramah lingkungan. Pada bangunan ini diterapkan DESAIN DENGAN KAIDAH BANGUNAN HIJAU.
Pada tanggal 9 April 2013, GEDUNG PUSKIM CONVENTION CENTRE GRHA WIKSA PRANITI diresmikan oleh Menteri PU saat itu , Bapak Ir Djoko Kirmanto, dipl HE. Pada saat itu pulalah diluncurkan teknologi baru dari PUSKIM seperti LAGADAR (lampu Tangga Darurat) tanpa menggunakan enerji listrik. Bio 3 , alat pengolah limbah. IPA portabel, mengolah air menjadi air bersih, dengan kapasitas untuk 10 orang. Tenda Hunian Sementara (Huntara).
BANGUNAN HIJAU (GREEN BUILDING) , KUNCINYA PADA DESAIN (PERENCANAAN). Pembangunan Gedung Ramah Lingkungan ini tentunya berdasarkan kaidah-kaidah yang menjurus kepada konservasi enerji dan sumber daya alam. Mengapa Gedung ini disebut BANGUNAN HIJAU (GREEN BUILDING)? Sebab gedung ini :
- Hemat enerji (hemat listrik: tidak perlu AC tapi sejuk/segar sirkulasi hawanya , tidak butuh lampu di siang hari karena penerangan alami).
- Hemat air ( pemanfaatan dan pengolahan air hujan)
- Materialnya ramah lingkungan
- Ruang terbuka hijau yang proporsional.
- Carport atau lahan parkir menggunakan grass blok , dan paving blok, jauh lebih baik dibandingkan membeton atau mengaspal seluruh permukaan pekarangan.
Bangunan ramah lingkungan itu prinsip utamanya: EFISIENSI, PROTEKSI DAN INOVASI BERBASIS LINGKUNGAN DAN PEMELIHARAAN YANG BERKELANJUTAN (environmental suistainable development/ESD). Gedung ini menghemat lebih kurang Rp 678.568,- (sesuai tingkat kurs dan inflasi Mei 2015) per hari. Sebab tak membutuhkan AC. Keuntungan lain, setidaknya mengurangi emisi karbon. Nah, supaya bangunan ramah lingkungan, seorang arsitek perlu berpikir komprehensif, mempertimbangkan berbagai aspek dan dampaknya jauh ke depan. Mulai dari pemilihan lokasi . Misalkan dibangun tidak di kawasan terlarang seperti di kawasan resapan/pegunungan. Tidak juga di bantaran sungai. Lalu dipertimbangkan, apakah bangunan tersebut berdampak buruk terhadap lingkungan. Desain bangunan harus mempertimbangkan pencahayaan dan sirkulasi udara alamiah seperti yang dimiliki oleh gedung ini. Saat memasuki gedung bagian dalamnya tanpa lampu, terang, dan tanpa AC. Tidak terasa panas. Di halaman harus dilengkapi dengan penghijauan dan penanaman rumput. Pohon besar adalah mutlak diperlukan sebagai produsen oksigen. Pekrangan gedung ini memang mengesankan. Tamu disambut oleh pesona bunga-bunga berwarna cerah. Juga gemericik air kolam . Di depan pintu masuk utara ada wastafel yang menyajikan air keran siap minum. Waduh, asyik sekali. Seorang kompasianer langsung mencicipi air yang menyegarkan dan sehat bersih itu.
Bagi mereka yang akan membangun kantor, sekolah, rumah, bisa menjiplak kiat BANGUNAN HIJAU dan desain yang dimiliki bangunan ini. Terutama untuk para arsitek, PUSLITBANG PERMUKIMAN (PUSKIM) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Gratis kok ilmunya. Bisa didownload dari Websitenya PUSKIM.
http://puskim.pu.go.id/ Untuk ikut pelatihan mempelajari berbagai teknologi, juga bisa menghubungi PUSKIM.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, SUMBER DAYA AIR, DAN WORK SHOP RISHA DI CIMANGGUNG, SUMEDANG. Sesampainya di Desa Sindang Pakuon, Cimanggung, Parakan Muncang, Kabupaten Sumedang, para kompasianer makan siang. Bapak Kades Moh. Yusuf lalu menyambut kami dan memaparkan bahwa warga desanya sangat terbantu dengan pemberdayaan masyarakat yang dibantu oleh JUBIT (LSM Korea) dan juga sebagai sumber dana, adalah KOICA (koordinator penghimpun dan pengerah dana CSR pemerintah Korea) , serta digerakkkan oleh PUSKIM.
Ternyata di sini ada APLIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT yang pantas diacungkan jempol. Bagus untuk ditiru di kawasan lainnya. Bapak Atang Sarbini ,ST, MT, memandu tentang pengolahan air. Ada gemericik sungai Citarik, yang berhulu di Gunung Geulis, nantinya bermuara di Sungai Citarum. Bahwa air Sungai Citarik yang keruh itu bisa menjelma menjadi air layak minum dan dikelola oleh masyarakat setempat.
Bapak Atang Sarbini ,ST, MT, memandu tentang pengolahan air. Ada gemericik sungai Citarik, yang berhulu di Gunung Geulis, nantinya bermuara di Sungai Citarum. Bahwa air Sungai Citarik yang keruh itu bisa menjelma menjadi air layak minum dan dikelola oleh masyarakat setempat. Rumah yang menyehatkan tentunya harus dilengkapi juga MCK ramah lingkungan . Nah , warga disiapkan sebuah MCK yang juga mengagumkan. Desainnya sangat ciamik . Artistik sekaligus ergonomik. Menurut Bapak Rahmat, anak buah Ibu Sin (JUBIT, LSM asal Korea) MCK didesain ramah lingkungan, dan mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan dibimbing dosennya ikut andil dalam terbangunnya MCK ini.
Apa istimewanya? MCK ini menggunakan hasil penelitian PUSKIM, yakni IPAL BIOFILTER KOMUNAL BERBASIS DAUR ULANG. Untuk mempelajari teknologi ini dan menerapkannya , dapat menghubungi PUSKIM, atau Puslitbang Permukiman , Balitbang, Kementrian PUPR. MCK dan saung yang cantik, beserta tempat duduknya. Ada percontohan mengelola air yang baik dan benar. Seperti misalkan limbah kamar mandi yang dialirkan ke kolam SANITA (versi ibu Ir Lia Taufik ) berisi lele dan tanaman air yang menyerap limbah. Lele ini hidup subur di air kotor sekalipun. Lalu septitank yang didesain sedemikian rupa. MCK , saung, kursi , menggunakan 3 panel RISHA. Panel-panel RISHA ini diproduksi oleh masyarakat setempat. Selanjutnya ada Work Shop RISHA. Pembuatnya adalah warga setempat. Mereka memproduksi panel RISHA. Bapak Edi Nur ST, MT memandu kami menuju workshop RISHA. Ada Bapak Fredy yang berpera n sebagai aplikator RISHA juga di tempat berbeda.
Di tempat ini tampak jelas proses pembuatan panel RISHA. Tampak cetakan-cetakan besi yang sudah jadi , lalu tulangan beton yang dibentuk dan dirangkai dengan aturan sesuai standar RISHA (tidak sembarangan). Nantinya tulangan yang sudah dibentuk sedemikian rupa, dimasukkan ke dalam cetakan. Dibuatlah adonan alias adukan (pasir, semen, kerikil) dengan molen. Tuang ke dalam cetakan. Dalam sehari semalam, dapat dikeluarkan dari cetakan. Seperti membuat kue ya. Maka panel siap digunakan. Perakitan panel ini nanti menggunakan baut. Menurut Bapak Rahmat, pelatihan seminggu warga setempat memproduksi panel-panel RISHA ternyata masih kurang. Hasilnya tidak serta merta langsung bagus. Dalam beberapa waktu, mereka akhirnya berhasil untuk memproduk panel RISHA yang bagus. Para pekerja di sini rumahnya dekat. Tak perlu keluar biaya transportasi. Disinilah pemberdayaan masyarakat sangat membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Saat para suami bekerja di sini, istrinya mengantarkan bekal makan mereka. Dengan aplikator yang masih jarang, kerap kebutuhan atau pesanan tak terpenuhi. Karenanya, diharapkan masyarakat dapat mempelajari memproduksi RISHA untuk banyak kebutuhan pesanan. Menurut Bapak Rahmat juga , penemu dan peneliti Teknologi RISHA (Prof Dr (R) Ir Arief Sabaruddin , CES) ini tidak menerapkan harus bayar Royalti. Teknologi ini sudah berjalan 10 tahun, rolyalti bukanlah sasaran utama. Tujuan terpenting pengabdian peneliti di bawah institusi negara, adalah kemaslahatan umum , untuk memperbaiki kesejahteraan bangsa ini . Lewat pembenahan permukiman tentunya. Rumah murah sehat dan layak huni, cepat bangun. Bukan meraup laba. Melainkan untuk pemberdayaan masyarakat. RISHA teknologinya bisa dipelajari mereka yang bergerak di bidang teknik bangunan. Tentunya harus dengan pelatih yang ditunjuk dan dipercaya oleh PUSKIM. Lalu dalam produksinya harus dengan pengawasan dari ahlinya juga. Karena ada takaran dalam adonannya, ada aturan dalam pembuatannya. Banyak masyarakat salah kaprah, dikiranya PUSKIM memproduksi dan menjualnya. Tentu saja tidak. PUSKIM yang menemukan teknologinya, lalu disosialisasikan untuk diterapkan di masyarakat sebagai produsen maupun pengguna. Harga jualnya tentunya berfluktuasi sesuai naik turunnya inflasi dan harga bahan bangunan. Panel RISHA ini berupa bahan adukan (pasir, kerikil dan semen) yang dicetak dalam cetakan besi. Cetakan inilah yang turut menentukan produk panel RISHA. Panel-panel inilah yang nantinya akan siap dirakit , pesan pagi, sore jadi. Tentunya dengan komponen yang sudah lengkap. Mulai dari panel RISHA, dengan pengisinya seperti dinding, atap dan sebagainya. RISHA juga ada di Petogogan .
foto-foto: koleksi pribadi masrierie kompasiana, dan booklet kolokim 2015 Puslitbang Permukiman KemenPUPR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya