Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Flexing, Penyakit Sosial atau Berkah?

17 Maret 2022   16:26 Diperbarui: 18 Maret 2022   18:19 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita selanjutnya menurut temanku ini, sang tetangga ternyata memang culas. Ia pernah minta bantuan tetangga lain, meminjam uang, dan tak pernah dikembalikan. Untuk apa? Untuk membelikan putrinya yang masih kuliah, sepatu branded.

"Anak harus didandani  pakai barang mahal, jangan samai ketahuan anak orang susah. Supaya yang jatuh cintanya juga orang berada.... Kalau sudah jatuh cinta, ketahuan kami miskin tidak masalah. Kalau  tidak menjaga penampilan dan jadi anak gaul, apalagi ketahuan susah, anak orang kaya, bertemanpun nggak maulah...," tetangga temanku itu  pernah curhat pada tetangga lainnya.

Jadi tidak heran, kalau para ibu ini secara tidak sadar, sedang melakukan kaderisasi generasi Flexing, pada anak-anaknya.

Sinetron dan sinema juga kerap mempertontonkan kemewahan, Gaya hidup kelas atas. Namun sayangnya, tidak disertai penuturan, dengan cara apa mereka kaya.

Ini menarik sekali,  sehingga  banyak orang terpengatuh  berorientasi pada hasil. Lupa pada proses. 

Pembelajaran untuk proses, daya juang, cara kerja dan persaingan yang fair dan jujur, menjadi penting. Tapi jika hanya melihat hasil, kuatirnya tumbuh mencapai tujuan  dengan cara apapun. Bahkan cara yang malah merugikan. 

Keadaan seperti ini, menguntungkan para pemilik investasi bodong.  Dengan merayu dan  mudah menjebak para korbannya.

Tentang bunga-bunga hadiah saat wisuda. Ternyata sudah terbiasa di antara anak muda sekarang, tukar menukar hadiah bunga wisuda. Jadi tidak gratisan. 

Bahkan ada yang membeli bunga sendiri ukuran besar, seolah-olah ada yang memberi hadiah, dari si A  atau si B. Yang penting tampak keren di mata orang. Walau sebetulnya itu bukan hadiah dengan ketulusan, hanya saling tukar menukar prestise saja.

Seperti yang ditulis oleh Mbak Tessa Marlina,  itulah realita sekarang. Tidak selalu yang tampak kaya itu betul kaya. Tidak selalu juga yang kaya itu prosesnya legal.  Tak sedikit yang menjadi kaya di atas derita korban-korban yang berjatuhan.

Sah sah saja ketika  tak sedikit orang  menganggap  flexing membawa berkah. Di dunia medsos, follower yang berlimpah, rejeki dari endorse mengalir, mendongkrak popularitas dan masuk kelompok sosialita . Bukan hanya kebanggaan, tapi cuan mengalir.  Hanya saja , bisakah harinurani tetap damai dan tenteram, ketika keuntungan diraup dan ada yang dirugikan? Contoh, endorse kosmetik berbahaya, yang ilegal. Ada korban  dalam hal ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun