Kami juga menyaksikan pohon petai dan pohon manggis yang jumlahnya cukup banyak. Meski tak sebanyak pohon rambutan. Seperti  bunga sakura di musim semi saja,  salah seorang rekan penulis mengibaratkan .
Ada lembah dan bukit, termasuk bukit yang dikupas untuk ditambang pasirnya. Melihat yang satu ini , kami prihatin. Ironis pasti. Ada juga lembah yang diurug, entah  untuk apa.Bahkan  ada juga bukit dan lembah dengan longsoran-longsoran  kecil di beberapa lokasi. Cikalong Wetan terkenal dengan tanah bergeraknya. Lahannya kurang stabil, meski tanahnya gembur.  Tragedi  longsor besar memang pernah terjadi di sini.
Perjalanan  berlanjut. Menyusuri lika liku  jalan yang dibingkai oleh kebun-kebun dan perbukitan serta lembah hijau.
Perkebunan teh Panglejar  menjadi salah satu  pesona di perjalanan. Hamparannya menyerupai karpet raksasa yang lembut. Perkebunan ini  melengkapi suasana bersejarah.  Karena dulu kala  tanaman ini menjadi  komoditi penting  bagi pemerintahan kolonial Belanda.  Dan sekarang  produknya tetap penting bagi PTPN VIII, dan negeri kita.Teh Walini cukup kesohor  karena  kesegaran harum dan rasanya.
Jalan berliku, menanjak tajam, kadang menurun. Untuk perempuan usia di atas 50, bahkan menjelang 60, stamina begini cukup hebat menurut hemat penulis.Di pinggir jalan mulai tampak   kayu-kayu gelondongan yang baru ditebangi . Ditumpuk dan tersusun rapi  di beberapa lokasi atau di lahan-lahan tertentu. Hanya penulis kurang  tahu persisnya untuk dikemanakan kayu-kayu gelondongan tersebut, dan darimana asalnya.
Dalam perjalanan kami sempat mengagumi  bangunan megah, dikelilingi  pagar benteng rapat dan jangkung. Tulisan di depannya,  pabrik bernama Kwangduk Worldwide, kabarnya merupakan pabrik jas ekspor  berkualitas tinggi. Untungnya bangunan megah ini masih dikitari kawasan hijau dan rimbun. Masih banyak sawah dari masa lalu. Semoga saja tak habis ditimbun.
Perjalanan yang masih menyimpan  wajah asli alam. Nurani saya  berharap, jangan sampai  kelestariannya terkikis oleh  rimba raya beton.Menatap kebun, hutan dan rindangnya alam serta sawah di kiri kanan jalan, menghadirkan sensasi  tersendiri.  Ini lho, tempat  mengembalikan enerji  kita yang luluh lantak oleh letihnya  rutinitas.
Di kiri kanan jalan tampak berbagai kebun buah dan pepohonan buah-buahan dengan tulisan nama pohonnya. Ini jelas pemandangan yang jauh lebih  cantik dibandingkan puluhan tahun silam.  Mengenal keaneka ragaman hayati,  dan melestarikannya. Jangan sampai ada yang punah , tergusur oleh pembangunan yang tidak berkelanjutan (suistainable).