Di tengah malam sepasang suami istri disesakkan oleh bau melati di kamar mereka. Tanpa lampu senter mereka berjalan tak jauh dari rumah sewaan mereka. Mereka menyusuri lokasi yang dikenal dengan nama Kutub Pararitik. Sebuah kawasan tempat pembuangan sampah yang disakralkan karena di situlah terletak makam Nyai Premundal. Konon kematiannya masih menjadi tanda tanya. Ia menghilang tujuh hari selepas melakukan ritual kubur diri. Mitos yang tersebar, Nyai Premundal akan mengetuk pintu rumah pengantin baru pada malam pertama. Masyarakat Pararitik menyakini supaya tidak diganggu Nyai Premundal, pengantin baru harus menginap semalaman di dekat makam keramat itu.Â
Dalam cahaya temaram laki-laki itu setengah berbisik. Dia mengikuti kita. Perempuan yang baru saja berstatus menjadi istri laki-laki itu hanya diam. Kamu bersugesti. Mulut perempuan itu ingin sekali bersuara. Efek-efek psikis yang mengentarakan dapat memicu perasaan seolah-olah dikunjungi hantu. Akan tetapi sekali lagi, ia hanya diam. Mata coklatnya mencoba menyelami kegelapan. Payung hitam milik Nyai Premundal tergeletak di atas makam. Sejak setengah abad lalu, tak seorang pun berani menyentuh payung itu. Kecuali setelah posisinya berubah akibat hembusan angin kencang. Siapa saja yang melihat posisi payung tidak berada di atas makam harus memindahkannya supaya Nyai Premundal tidak marah. Entah pada waktu yang mana, seorang lelaki muda pernah mengindahkan payung itu. Tetap berjalan lurus tanpa membetulkan posisi payung. Kabarnya ia mati tertabrak babi.
Perut perempuan itu mulai gaduh. Masa lajang dulu ia terbiasa makan tanpa pandang waktu. Sialnya tak seperti makam keramat lainnya, di makam Nyai Premundal tak tersedia sesajen. Rasa lapar mengajak imajinasinya bermain. Pikirannya mulai memikirkan sosok Nyai Premundal. Apakah ia bertubuh pucat seperti mayat? Berwujud tulang belulang manusia? Atau sosok siluman belalang berkepala manusia? Apakah ia biasa memakan daging manusia atau menghisap darah perempuan hamil? Apakah ia bisa melayang-layang, terbang, atau hanya berjalan melompat-lompat seperti pocong? Hm, apakah jika payung hitam Nyai Premundal dipegang mendatangkan kesaktian seperti rokok Reng Tua Malem?
Ide kuno suaminya terus mengusik pikiran perempuan itu. Beruntung suaminya belum mengindikasi Charles Bonnet Syndromes. Kesukaan suaminya pada genre horror sebelumnya tak menjadi masalah. Ia senang mendengar suaminya bercerita mengenai fenonema supranatural atau kultur yang mengandung unsur hantu setelah suaminya berkelana ke suatu tempat. Sebagaimana ritual pengusiran Hantu Bengkek, perempuan itu lebih senang jika harus mengusir gangguan dengan melemparkan telur ayam kampung ke makam Nyai Premundal. Mungkin Nyai Premundal tidak berkerabat dengan hantu asal Ketapang itu. Mengingat tempat tinggalnya, Nyai Premundal lebih mirip Jurig Jarian yang suka menemapti tempat sampah. "Di sini sungguh bau. Ayo pulang saja! Jangan hiraukan bau melati itu, mungkin tak berarti apa-apa." kata Perempuan itu.
Kini giliran suaminya yang terdiam. Tiba-tiba entah dari mana udara yang datang menjadi aneh. Muncul angin kencang diikuti gemuruh dari langit. Raungan Guntur menjadi semakin dahsyat. Langit di sebelah utara menyisakan berkas-berkas kilat. Ayo pulang. Perempuan itu memutuskan berlari. Adrenalin memacu mereka terus berlari pulang. Perempuan itu menutupi telinganya dengan kedua tangannya. Suara gemuruh memenuhi telinga mereka. Berlari ketika langit bergejolak kian memberatkan napas. Setiap langkah terasa seperti siksaan. Sebuah kilatan cahaya yang terang benderang menggetarkan tanah. Tubuh perempuan itu gemetar, begitu juga dengan suaminya. Perempuan itu bersama suaminya berhasil sampai di depan rumah mereka. Guntur masih bergemuruh di sekitar mereka. Kaca rumah mereka bergetar bersama guntur yang keras.Â
Di luar rumah hujan lebat mengakhiri gemuruh guntur yang mengerikan. Pasangan suami istri itu meringkuk di atas tempat tidur. Menarik selimut hampir ke sekujur tubuh mereka. Mungkin seharusnya perempuan itu mencurigai gagasan suaminya berbulan madu ke 'alam liar'. Pada malam pertama langit mengamuk dengan guntur yang menggelegar dan hujan deras. Anehnya di awali wangi melati.Â
"Yang tadi itu seperti petualangan besar ya," kata perempuan itu.
"Aku hampir mati di malam pertamaku. Bukan karena dimakan Nyai Premundal tetapi mati tersambar kilat di dekat kuburannya," lanjutnya.
"Hei Annalee," kata laki-laki itu.
"Apa?" hanya itu yang diucapkan perempuan itu.
"Kamu mau dengar cerita Nyai Premundal?"