sedia malam air mata terbenam
kerangka aksara berkeluk sekitar jeram
bilik jantung menjadi pemalam
alur-alur sedu sedan yang tak terekam
menghambai arta searah akal budi
tak terasa rawi menamai hari
timbul kembali selangkah pergi
batas waktu sesuai tanah terjanji
ia mengadar, dekapannya lekat
pipi merona, wajah memikat
berat bibir memaksa abjat
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!