Mohon tunggu...
reza fahriza
reza fahriza Mohon Tunggu... -

kecap, hitam dan manis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aku dulu kuning, hingga akhirnya Kakashi mewarnai dengan Hitam dan Putih

5 April 2013   08:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:42 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disini akan saya ceritakan bagaimana saya bisa masuk ke dalam lingkaran “konspirasi” ini ^^v

Dahulu, saya yang lahir di tahun 90-an masih terbayang-bayang kesejahteraan yang digalakkan presiden ke-dua kita, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Maklum ya, masih kecil dan imut loooo. Sampai akhirnya krismon meruntuhkan kedigdayaan bapak jenderal, dan saat itu saya masih ngaji di TPA dekat rumah saya sampai akhirnya khatam di tahun 2000-an.

Itu sedikit pembuka dari saya, kali ini langsung saja ya ke bagian bagaimana saya bisa diwarnai oleh Kakashi yang ternyata sebelum bertemu beliau saya sudah melaksanakan proses yang namanya “tarbiyah” dalam waktu cukup lama.

SMA adalah salah satu masa indah tentunya, bagaimana semuanya mencari siapakah dirinya. Begitu pula aku yang masih labil (dulu) gak tau apa-apa dan maukemana dengan siapa (kayak lagu), tapi ternyata di sekolah ada namanya program mentoringagama islam yang dipegang oleh kakak2 Rohis Al-Mukarromah (yeeeee, sebut merek). Dari situ aku agak ngerti gimana sih agama islam ini gak cuman ngatur cara orang ibadah, yah walaupun datangnya suka telat ato bahkan jarang datang. Tapi ternyata Allah gak cuma memberikan hidayah pelan-pelan lewat mentoring aja, tapi juga lewat seorang sahabat yang terkadang pergi dan pulang bareng aku (karena takut telat dan mumpung satu jalur), namanya Muhammad Mansur yang sekarang lagi di Jakarta program tahfidz…semangat kawaaan.

Ya, dari dia aku mengenal (tidak secara langsung) lingkaran ini, mengenal kata “liqo” kepadaku walaupun sampai lulus SMA saya belum pernah sama sekali mengikutinya. Mungkin karena sikapku yang gak mau tau, makanya dia agak berhati-hati untuk menyampaikan hal itu. Begitulah masa SMA ku dimana Allah memberikan hidayah yang luar biasa, karena mulai saat itu aku belajar konsisten 5 waktu.

Dan, kini aku menjadi anak kuliahan di salah satu PTS ternama di DIY. Disana kembali kutemukan mentoring saat semester 1, namun setelah itu aku limbung entah hendak kemana setelah mentoring itu, (sepertinya aku ketergantungan akan mentoring ya). Lama sekali sampai akhirnya semester 4 kutemukan lagi mentoring lanjutan yang kini mulai bertransformasi menjadi liqo. Untung saja aku tidak terlalu kaku dan sang MR pun luar biasa bersahabat. Akhirnya sejak saat itu mulailah saya liqo sampai saat ini di semester 8 (semoga tetap diberikan keistiqomahan) walau berganti MR. aku terkesan dengan MR ku saat ini (Kakashi), bagaimana ia menyentuh aku dan teman2 dengan mentraktir makan, mie ayam pula (dulu masih gemar makan). Sampai pada suatu hari setelah liqo berjalan kurang lebih 1 tahun mas Kakashi mentaklimat kami agar datang kesebuah acara “rahasia”, namun kali ini saya mengabaikan ketepatan waktu ke beliau dengan terlambat karena futsal. Rasa sesal adak etika bertemu beliau di tempat acara, ya tapi begitulah beliau, rasanya belum pernah beliau marah kepada kami. Dari acara “rahasia” itulah kami yang hadir dinaikkan grade oleh para MR kampus dari tutor menjadi MR kampus yang baru dan kami tau ternyata di belakang acara itu disponsori oleh sebuah partai. Semenjak saat itulah saya bersama teman2 liqo mengenal jika ada huruf “K” di acara dauroh ato apapun maka kami sepakat huruf itu kepanjangannya adalah “konspirasi” (ini sebelum kasus ust.Lutfhi). Begitulah aku yang dulu merasa kuning paling hebat dan paling baik (kagum sama pak Akbar Tandjung), aku adalah kuning dahulu sebelum akhirnya Kakashi mewarnaiku dengan hitam dan putih. Semangat buat temen2kelompok liqo (Naruto, Sai, Neji, Konohamaru, Tobi, Choji (aku), dan Shikamaru) aku bahagia bersama orang-orang baik ^^

Kata Umar Ibn Khattab di dalam sebuah buku yang dipinjamkan MbakRiska, “Kalau kita tidak mengalahkan mereka dengan ketaatan kita, niscaya mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka.”

InsyaAllah 3 Besar, dengan ketaatan kita.

@RezaRisaRidho

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun