Mohon tunggu...
reza fahriza
reza fahriza Mohon Tunggu... -

kecap, hitam dan manis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ayo, Mari Berhenti Sejenak

8 Mei 2013   16:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:54 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, mari kita berhenti sejenak saudaraku. Ku lihat peluh mu begitu deras dan sekujur tubuhmu terluka. Sepanjang perjalanan dakwah kita yang berat dan melelahkan ini, ku lihat senyum keikhlasanmu, ku lihat sikap tegarmu, ku rasakan kasih sayang lembutmu. Aku mengerti kamu masih kuat menapaki jalan dakwah yang terjal ini.

Tapi aku ingin kita berhenti sejenak, bukan untuk menyerah. Sekali-kali tidak untuk menyerah saudaraku. Aku mau kita sejenak duduk bersama mengevaluasi, memperhatikan sekeliling kita, mengetahui seberapa jauh perjalanan kita dan jarak yang akan kita tempuh, memeriksa bekal, apakah ada orang selain kita yang melewati jalan yang kita lalui, dan memperbarui energi.

Saudaraku, selama perjalanan kita, adakah kamu melihat sekeliling. Melihat perubahan kearah yang baik dari mereka ataukah kita hanya sekedar awan yang menaungi kemudian pergi dalam sekejap. Kalau begitu, mari kita perbaiki dan maksimalkan potensi kita demi perubahan itu. Mengubah negeri yang katanya Ironisasi menjadi “sepenggal Firdaus”.

Taukah kamu jarak yang sudah kita tempuh selama perjalanan ini? Ayolah, kita harus tau sudah berapa jarak yang kita tempuh dan berapa lama kita berjalan. Trus, bagaimana strategi kita selanjutnya di perjalanan selanjutnya? Mari kita berhenti sejenak.

Bekal kita cukup? Cukup untuk kita dan cukup untuk kita beri pada yang lain? Karena bekal ini menjadi sumber referensi kita berdakwah, maka perbanyaklah bekal kita kawan. Untuk itulah kita berhenti sejenak, memeriksa bekal.

Aku perhatikan tidak banyak memang orang yang melewati jalan yang kita lalui ini, karena terjalnya. Mari kita buka jalan ini selebar-lebarnya kawanku, agar lebih banyak saudara kita lebih dan lebih banyak melewati jalan ini. Mari kita berhenti sejenak kawanku, memperbarui energi jasad, fisik, dan ruh kita, agar bugar saat melanjutkan perjalanan ini dan lebih maksimal.

Ya, mari kita berhenti sejenak.

(terinspirasi dari bagian “mari berhenti sejenak” buku Menikmati Demokrasi oleh Ust. M. Anis Matta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun