Mohon tunggu...
Eko Priyono
Eko Priyono Mohon Tunggu... -

Nikmati dan Bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suasana Upacara Tadi Pagi

19 November 2012   14:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:03 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi saya mendapat kesempatan untuk menjadi pembina upacara dihadapan anak dan guru SDIT Insan Aulia. Pagi itu bumi dibasahi oleh hujan sisa semalam. Udara sejuk, terasa nyaman dan tenang. Lapangan yang terbuat dari onblok terlihat basah dan bersih. Keadaan alam seakan mendukung untuk upacara pagi hari.

Petugas upacara sedang bersiap diri. Dan para guru juga mempersiapkan anak-anak agar bisa berbaris dengan rapih dan tertib. Saya sendiri juga mempersiapkan anak-anak. Saya berpesan kepada mereka, "saat upacara, semua harus tenang dan tertib." Mereka pun mengangguk. Dan saya percaya.

Setelah susunan acara upacara sampai kepada amanat pembina upacara, saya pun segera bersiap diri. Pembukaan dengan salam dan menyapa kepala sekolah, guru-guru dan murid-murid. Saya pun membuka dengan pertanyaan "kebo apa yang paling berbahaya?" Suasana upacara agak sedikit ramai karena anak-anak berusaha ingin mencari jawaban yang benar. Sebelum suasana menjadi lebih ramai, akhirnya segera saya jawab. Kebo yang paling bahaya adalah KEBODOHAN!

Karena kebodohan seorang bisa mengubur anak kandungnya hidup-hidup. Karena kebodohan seorang melakukan penyembahan kepada benda mati yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Karena kebodohan seseorang akan menjadi miskin. Nah, miskin ini yang harus diwaspadai karena miskin bisa membuat orang menjadi ingkar. Anak-anak terlihat sangat serius mendengarkan begitu juga dengan para guru.

Saya pun melanjutkan dengan umat Islam baru saja memasuki tahun baru Hijriah 1433. Hijriah yang bermakna pindah. Sebagaimana hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah menuju Madinah. Berpindah dari lingkungan yang buruk menuju lingkungan dan baik. Sebagian anak-anak sudah terlihat mulai kelelahan berdiri, namun begitu saya mengeraskan sedikit suara ketika menceritakan hijrah  Rasulullah, anak-anak kembali tertarik. Akhirnya saya pun semangat melihat antusias anak-anak.

Saya melanjutkan. Di tahun baru hijriah ini saya mengajak anak-anak dan semua guru untuk berpindah. Berpindah dari kebodohan menuju kecerdasan, dari rasa malas menuju semangat belajar, dari datang terlambat menuju hadir tepat waktu. Semua perpindahan ini akan terlihat jelas saat Evaluasi Akhir Semester telah selesai. Mendengar ini, anak-anak kembali menjadi serius.

Luarbiasa suasana upacara di pagi tadi. Seandainya masih ada waktu saya ingin bisa merasakan suasana itu lebih lama. HEBAT! BUAT ANAK-ANAK & TEMAN2 GURU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun