Mohon tunggu...
Eko Priyono
Eko Priyono Mohon Tunggu... -

Nikmati dan Bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menemukan Tuhan yang Sebenarnya

23 Februari 2015   20:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:39 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai dengan judul di atas, tulisan bukan membahas konsep tuhan dalam setiap agama. semoga menambah wacana keilmuan kita.

(Alm) Nurcholish Majid pernah membuat tafsiran sendiri berkenaan dengan laa ilaha illa allah. Ia tafsiri dengan “tiada tuhan selain Tuhan”. Perbedaannya terletak pada huruf t-kecil dan T-besar di depan kata tuhan. Bagaimana maksud dari pembedaan (t- kecil dan T – besar), yang akhirnya penafsiran ini menuai polemik bahkan kecaman.

Dalam Islam kata ilah yang berarti tuhan,-kalimat di atas merupakan bagian dari syahadat.  tuhan yang dimaksud adalah subjek yang diagungkan, diprioritaskan, diutamakan, disembah dan dipuji berlebihan. Subjek tuhan ini bisa dalam bentuk apapun dan bermacam-macam sesuai dengan pandangan dari masing-masing individu. Orang yang memprioritas semata-semata untuk uang maka tuhannya (ilah) adalah uang. Orang yang menyanjung serta memuji dan taat secara berlebihan kepada manusia maka tuhannya adalah manusia yang dipuji tersebut. Orang yang menganggap benda-benda memiliki unsur kekuatan yang dapat membantu manusia, maka orang tersebut menjadikan benda sebagai tuhannya. Jadi setiap manusia memiliki ilahnya masing-masing.

Namun semua ilah (dalam Islam) tadi kemudian dinegasikan menjadi hanya Allah yang pantas untuk diagungkan, dipuji dan disembah. Dengan peniadaan ilah ini pandangan setiap manusia terhadap ilah akhirnya menjadi hanya satu. Subjek ketuhanan terpusat hanya ke satu arah, yaitu Allah SWT. Penegasian terhadap ilah ini memunculkan kesatuan ditengah keberagaman manusia. Jika setiap manusia dapat menegasikan ilah maka tidak ada ilah baru atau ilah tandingan yang disembah dan dipuji.

Agar konsep tuhan ini terbingkai dalam wacana yang sama, yaitu tuhan yang pantas disembah, dipuji, dan diprioritaskan, ada alat yang dapat mengarahkan manusia pada tuhan yang sebenarnya.

Alat yang pertama adalah dengan mengajukan pertanyaan, “apakah tuhan tersebut bisa menciptakan manusia dan mahluk hidup lainya dengan baik dan sempurna?”. Tanyakan kepada tuhan tersebut untuk mendapat jawaban langsung darinya. Apakah benar tuhan saya telah menciptakan saya dan mahluk hidup lainnya.

Bila ternyata tidak mendapatkan jawaban langsung dari tuhan maka gunakan alat yang kedua yaitu dengan menemukan nash atau teks yang membuktikan kalau tuhan kita benar-benar yang menciptakan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Dengan kedua alat tersebut cukuplah untuk menemukan tuhan yang sebenarnya. Apabila manusia mau jujur dengan kedua alat tersebut  maka tuhan Anda, saya, dan kita semua adalah sama. Tuhan kita satu. Tuhan yang menciptakan manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun