Mohon tunggu...
Maspras Maspras
Maspras Maspras Mohon Tunggu... -

beribadah dalam setiap denyut nadi. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Memang Mahal Cuy.. Kenapa Gak Ditolak Saja?

17 Desember 2010   01:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:39 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi dan penerapannya memang sebuah aktifitas politik yang mahal.
mahal disini adalah mengeluarkan biaya yang mahal dan tidak sedikti.
tidak hanya ongkos dalam rupiah tetapi juga ongkos sosial yang harus ditanggung/dikeluarkan. itulah realita demokrasi.
jika ingin menerapkan prinsip2 demokrasi maka harga yang mahal itu sudah ada di depan mata. lalu apakah dengan alasan biaya yang mahal maka demokrasi gak mau diterapkan?

jikalau memang gak mampu membiayai demokrasi,
kenapa gak ditolak saja demokrasinya cuy..
ganti aja jadi yang mudah dan murah.
tunjuk langsung.
ga perlu banyak berbicara ttg demokrasi lah..
toh biayanya mahal bukan?

============

KOMPAS.com - Setelah lama menjadi wacana, akhirnya pemerintah memastikan mengusulkan klausul, pemilihan gubernur tak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung, tetapi oleh DPRD provinsi. Ketentuan itu akan dimasukkan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Kepala Daerah. RUU itu berada di urutan ke-42 daftar Program Legislasi Nasional Prioritas tahun 2011.

Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Djohermansyah Djohan menyebutkan, gubernur dipertimbangkan tidak dipilih langsung. Otonomi luas di kabupaten/kota, sementara di provinsi terbatas (Kompas, 10/12/2010). Alasan lain adalah penghematan biaya dan energi sosial. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pernah prihatin atas demokrasi berbiaya tinggi itu.

sumber: http://nasional.kompas.com/read/2010/12/17/08132542/Pilkada.yang.Mahal..Pangkal.Soal

=======================

sekali lagi.
kalau demokrasi mahal harganya, kenapa diambil?
kalau demokrasi mahal harganya, kenapa harus dipaksakan (contoh di jogja)

mirip2 dengan usulan satu putaran yang katanya lebih hemat itu ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun