Mohon tunggu...
Petrik Matanasi
Petrik Matanasi Mohon Tunggu... -

Peziarah & Pemerhati Sejarah Nusantara. Asal Balikpapan. Kuliah sejarah 7 tahun di UNY Jogja. Kini tinggal Palembang. Bukan penulis handal, hanya saja suka menulis hal-hal yang humanis. Apapun yang saya tulis atau ucap, sulit sekali bagi saya untuk tidak Historis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mitos Yonker di KNIL

29 Agustus 2010   08:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:37 3325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ternyata tentara memiliki mitosnya sendiri. Tidak jarang mitos itu menjadi sebuah jimat dalam pertempuran bagi para prajurit bawahan. Mitos akan membuat mereka percaya diri, juga bisa membuat mereka tidak berdaya dalam pertempuran. Begitu juga para serdadu KNIL, khususnya dari Ambon, memiliki mitos yang terangkat dari legenda seorang prajurit legendaris zaman VOC. Tersebutlah seorang Ahmad alias Yonker. Nama paling belakang adalah nama yang merujuk pada anak-anak bangsawan yang biasanya menjadi perwira militer di Eropa sana.

Yonker adalah nama besar dalam kalangan KNIL Ambon. Kapitan Yonker adalah legenda sekaligus mitos bagi banyak prajurit KNIL selama beberapa abad, hingga lenyapnya KNIL dari muka bumi. Peran kapitan Yonker terhadap Belanda sangatlah besar.

Yongker terlahir dengan nama Ahmad anak dari Kawasa seorang Sangaji (bupati) yang berkuasa di pulau Manipa—menurut dokumen-dokumen VOC. Ketika kawasa ditangkap oleh VOC, putra Kawasa, Ahmad—yang lalu dipanggil Yonker oleh orang-orang Belanda—dibawa oleh VOC ke Batavia pada tahun 1655. Istilah Sangaji yang sama dengan bangsawan, sebagai anak bangsawan Ahmad layak disebut Jonkher seperti anak laki-laki bangsawan Eropa yang biasanya menjadi perwira militer. Sebagai militer kolonial, Yonker pernah dikirim melakukan ekspedisi militer pada abad XVII, tidak hanya sebatas Jawa tetapi juga ke Sumatra, Sulawesi bahkan ke India Selatan.

Ia menerima banyak hadiah dari pemerintah kolonial atas keberanian, kepemimpinan dan keterampilan militernya dalam peperangan. Ia mencapai pangkat kapten dalam dinas militer Belanda, VOC. Sebutannya adalah ‘Kapiten Yonker’. Kehebatan Yonker ini menginspirasi bahkan membuat sebuah mitos Yonker dikalangan serdau Ambon dimasa depan. Banyak yang percaya bahwa Yonker tidak pernah mati, bersama istrinya dia menjadi sepasang merpati putih. Serdadu KNIL Ambon ada yang percaya bahwa bila ada sepasang merpati putih melintasi pasukan, maka kemenangan ada ditangan mereka dan tidak akan ada korban dipihak mereka.

Yonker sudah menjadi semacam dewa pelindung bagi mereka. Banyak hal yang lalu terkuak tentang Yonker. Kendati dipuja kalngan KNIL Ambon yang Kristen, Yonker bukan seorang Kristen melainkan masih Islam sepererti keluarganya di Maluku dulu. Dongeng pembaptisannya dikalangan serdadu KNIL terpelihara. Yonker selam hidupnya menikah dengan wanita asal Sulawesi Selatan. Kematian Yonker sendiri adalah karena orang-orang Belanda mengkhianatinya. Oleh perwira Belanda dia dituduh perkhianat. Mungkin saja perwira Belanda itu cemburu atas kharisma Yonker.

Hadiah tanah yang didapatnya ada di Jakarta Utara—sekarang daerah itu dinamakan Pejongkoran. Pemberontakan di Ambon terakhir kali terjadi dalam skala besar pada zaman Pattimura. Setelah itu tidak ada cerita lagi. Pada abad XIX, eksploitasi atas Ambon tidak semassif masa-masa sebelumnya. Rempah-rempah dari Maluku nyaris dilupakan orang Belanda sedang eksploitasi masa itu sudah beralih ke pulau Jawa lalu pulau Sumatra yang dimulai pada akhir abad XIX. Pertimbangan ini menjadi kebijakan pemerintah kolonial dalam merekrut serdadu kolonialnya dengan mengambil orang-orang Ambon.

Perekrutan orang-orang Ambon dalam KNIL selama seabad telah membuat sebagian orang Ambon kerap disalahkan sejarah Indonesia sebagai antek kolonial. Sebenarnya tidak semua orang Ambon suka menjadi serdadu KNIL. Terkadang, salah kaprah dalam sejarah Indonesia terjadi ketika banyak yang mengindentifikasikan KNIL dengan Ambon. Banyak yang berpikir bahwa sebagian terbesar komposisi pasukan KNIL adalah serdadu-serdadu dari Ambon. Secara jumlah serdadu Ambon bukan penyumbang terbanyak dalam di KNIL. ORang Jawa justru lebih banyak. Hanya saja serdadu Ambon mendapat fasilitas hidup lebih baik di tangsi bersama serdadu dari Minahasa, Menado dan Timor. Sedang orang-orang Jawa dan suku lainnya tidak mendapat hal sama dengan serdadu Ambon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun