Tidak semua anggota KNIL benar-benar memihak Belanda setelah pendaratan tentara Autralia, orang-orang KNIL golongan ini disebut angkatan baru. Alasan utama mereka bertahan di KNIL yang berperang demi ratu Belanda, tidak lain karena alasan perut saja. Hampir semua anggota KNIL biasanya hanya bisa menjadi tentara profesional dan tidak memiliki keterampilan. Tidak pekerjaan lain selain menjadi serdadu, apalagi dalam kondisi perang. Inti KNIL angkatan muda ini adalah antara lain bintara Salendu dan kawan-kawan.
Mereka adalah bekas batalyon vechtwagen KNIL sebelum tahun 1942. mereka ditawan Jepang di rabaul dan Filipina bersama pasukan sekutu lain yang tertangkap. Tahun 1943 mereka dibawa ke Morotai. Dari rombongan ini 30 orang kabur dari kamp tawanan dan bergerilya bersama dengan pasukan sekutu dari Australia yang berhasil menyusup. Salah satu dari kelompok ini adalah Lembong, yang kemudian terbunuh sebagai letnan kolonel TNI oleh pasukan Westerling didepan markas SIliwangi di Bandung.
Tahun 1944 Morotai berhasil oleh Tentara Amerika dari tangan Jepang. Gerilyawan itu oleh panglima sekutu disuruh berhenti bergerilya dan melapor pada kepala kampung setempat. Bekas gerilyawan itu akhirnya dimasukan dalam komando tentara Australia. Anjuran itu tidak hanya ditujukan kepada bekas KNIL bekas internir tapi juga kepada bekas Heiho. Tanpa diduga KNIL bekas tawanan Jepang dan bekas Heiho itu rupanya diserahkan pada komando Belanda yang masih belum mapan kala itu. Belanda rupanya akan membentuk gezagstroepen untuk menjadi tentara polisi kolonial kembali di Indonesia setelah sekutu berhasil megusir Jepang. Tentara Belanda membangun kekuatannya kembali dan nyaris tidak peduli dengan pertaruhan kekuatan yang dilakukan sekutu dalam perang tersebut.
Di Morotai sendiri telah berdiri Leger Organisatie Corps (LOC), dimana para bekas KNIL, Heiho, Romusha dan lainnya yang terkait dengan Hindi Bekanda dilatih untuk menjadi serdadu kolonial. Mereka ini tidak mengatahui perkemnbangan yang terjadi di Jawa. Samapi sersan mayor Mamuaya, yang bekerja di dinas perhubungan menangkap berita proklamasi dari radionya.
Berita ini diteruskan pada kawan-kawannya. Sebuahh komplotan terbentuk. Beberapa bintara seperti Salendu, Loloan, Mangundap lalu menghubungi seorang perwira NICA bekas Digulis. Berita dan rencana komplotan itu diterima, oleh bekas Digulis yang diperalat menjadi pejabat NICA itu, dengan gembira walau diselingi dengan keraguan. Keraguan atas peluang sukses dari pemberontakan itu tidak lain karena jarak Jawa dan Halmahera yang jauh sehingga pemerontakan tidak akan bertahan lama.
Digulis itu rupanya belajar dari kegagalan pemeberontakan PKI 1926/1927 juga pemberontakan Zeven Provinsion 1933. Pemberontakan itu dengan mudah dipatahkan oleh pemerintah kolonial. Perubahan tidak terjadi dan pelaku pemberontakan dan orang-oarang terkait lain menjadi sasaran penangkapan—tentunya pemerintah kolonial akan bersikap lebih keras lagi pada pemberontak.
Aksi tersebut akan dimulai dari kompi mereka.
Sekitar 30% dari seluruh isi kompi telah tergabung dalam komplotan. Sayangnya pihak intelejen mencium rencana mereka. Suatu hari, secara mendadak, mereka dinaikan kapal tanpa diketahui kemana mereka akan dibawa dengan kapal Ophir. Sebelum berangkat terjadi perkelahian antara prajurit Australia dengan Belanda karena prajurit Belanda begitu tamak dengan membawa seluruh amunisi yang ada. Awak kapal ini adalah orang Cina dan Australia. Pelaut Indonesia sudah menolak bekerja kepentinga orang-orang Belanda.
Menurut kabar, tujuan Ophir adalah Jakarta yang sedang mebawra oleh pemuda republik. KNIL Inodonesia itu juga sudah dengar kabar akan adanya BKR di Jawa. Dalam kompi tadi hanya ada dua orang Belanda, komandan kompi dan komanda peleton. Mereka berniat berontak di kapal tapi ada suara lain—yang meninginkan tidak berontak dan akan bergabung dengan BKR bila mereka tiba di Jakarta. Kaum pemberontak KNIL itu terbagi dalam dua kubu, masalahnya hanya, berontak sekarang atau nanti. Setelah diadakan perhitungan suara, mereka sepakat untuk berontak setalah sampai, nanti. Kapal itu tidak pernah sampai ke Jakarta melainkan akan ke Makassar. Disana juga sedabng bergolak kaum pemuda pribumi sehingga kapal untuk smentara tidak bisa bersandar. Rencana agak berubah sedikit, mereka akan berontak di Maksaar saja.