Dengan membuat generasi muda tidak suka sejarah dengan menghafal yang sedemikian rupa, maka sebuah rezim sukses membuat sebuah amnesia sejarah bagi generasi di masa depan. Juga menjadikan jurusan sejarah sebagai kampus buangan adalah ide yang bagus untuk menjaga wacana sejarah, yang katanya selalu benar itu.
Yang terjadi memang banyak siswa enggan belajar sejarah karena enggan menghafal banyak data yang diantaranya kebenarannya masih diragukan. Ditambah lagi dalam pelajaran sejarah di sekolah gagal mengajak siswa untuk menangkap esensi dari peristiwa atau teladan dari pelaku sejarah dengan jujur.
Sepertinya, ada sebuah ketakutan jika siswa-siswa di sekolah belajar menggali sejarah masa lalu. Bisa jadi kebusukan sejarah sebuah rezim penguasa akan terbongkar dan image si penguasa akan jatuh di mata rakyatnya. Ketakutan akan kebohongan itu terbongkar tentu disiasati dengan memaksakan fakta-fakta yang dimaui si penguasa untuk di hafal generasi muda.
Kebosanan dalam pelajaran sejarah, karena terus dipaksa menghafal, tentu akan membuat siswa yang awalnya suka jadi tidak suka. Belajar sejarah, membuat seseorang menjadi ditektif yang terus menemukan fakta baru, tidak jarang faktu itu begitu memalukan bagi sebuah rezim. Itulah kenapa Suharto dan pengikutnya tidak ingin melawan lupa. Sudah pasti agar kebusukan mereka dimasa lalu tertutupi dan hanya mengumbar sisi baiknya saja agar bisa terus berkuasa. Rezim semacam itu tentu takut dengan orang-orang yang berjuang melawan lupa.
Orang-orang yang berjuang melawan lupa itu bisa siapa saja, tidak harus sejarawan. Mereka bisa pelajar-pelajar di sekolah atau orang-orang yang punya minat terhadap sejarah. Orang-orang semacam ini biasanya adalah orang-orang jujur yang apolitis. Mereka hanya ingin tahu yang benar. Mereka adalah orang yang berbahaya bagi sebuah rezim. Â Karenanya sebuah rezim tidak menginginkan orang-orang seperti ada. Bagi sebuah rezim, sangat penting untuk menjadi lupa. Dan bagi yang jujur dan berpikiran maju akan memilih menjadi orang yang berjuang melawan lupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H