Mohon tunggu...
Petrik Matanasi
Petrik Matanasi Mohon Tunggu... -

Peziarah & Pemerhati Sejarah Nusantara. Asal Balikpapan. Kuliah sejarah 7 tahun di UNY Jogja. Kini tinggal Palembang. Bukan penulis handal, hanya saja suka menulis hal-hal yang humanis. Apapun yang saya tulis atau ucap, sulit sekali bagi saya untuk tidak Historis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melawan Lupa dengan Tidak Menghafal

29 Juli 2011   11:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dengan membuat generasi muda tidak suka sejarah dengan menghafal yang sedemikian rupa, maka sebuah rezim sukses membuat sebuah amnesia sejarah bagi generasi di masa depan. Juga menjadikan jurusan sejarah sebagai kampus buangan adalah ide yang bagus untuk menjaga wacana sejarah, yang katanya selalu benar itu.

Yang terjadi memang banyak siswa enggan belajar sejarah karena enggan menghafal banyak data yang diantaranya kebenarannya masih diragukan.  Ditambah lagi dalam pelajaran sejarah di sekolah gagal mengajak siswa untuk menangkap esensi dari peristiwa atau teladan dari pelaku sejarah dengan jujur.

Sepertinya, ada sebuah ketakutan jika siswa-siswa di sekolah belajar menggali sejarah masa lalu. Bisa jadi kebusukan sejarah sebuah rezim penguasa akan terbongkar dan image si penguasa akan jatuh di mata rakyatnya. Ketakutan akan kebohongan itu terbongkar tentu disiasati dengan memaksakan fakta-fakta yang dimaui si penguasa untuk di hafal generasi muda.

Kebosanan dalam pelajaran sejarah, karena terus dipaksa menghafal, tentu akan membuat siswa yang awalnya suka jadi tidak suka. Belajar sejarah, membuat seseorang menjadi ditektif yang terus menemukan fakta baru, tidak jarang faktu itu begitu memalukan bagi sebuah rezim. Itulah kenapa Suharto dan pengikutnya tidak ingin melawan lupa. Sudah pasti agar kebusukan mereka dimasa lalu tertutupi dan hanya mengumbar sisi baiknya saja agar bisa terus berkuasa. Rezim semacam itu tentu takut dengan orang-orang yang berjuang melawan lupa.

Orang-orang yang berjuang melawan lupa itu bisa siapa saja, tidak harus sejarawan. Mereka bisa pelajar-pelajar di sekolah atau orang-orang yang punya minat terhadap sejarah. Orang-orang semacam ini biasanya adalah orang-orang jujur yang apolitis. Mereka hanya ingin tahu yang benar. Mereka adalah orang yang berbahaya bagi sebuah rezim.  Karenanya sebuah rezim tidak menginginkan orang-orang seperti ada. Bagi sebuah rezim, sangat penting untuk menjadi lupa. Dan bagi yang jujur dan berpikiran maju akan memilih menjadi orang yang berjuang melawan lupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun