Mohon tunggu...
Petrik Matanasi
Petrik Matanasi Mohon Tunggu... -

Peziarah & Pemerhati Sejarah Nusantara. Asal Balikpapan. Kuliah sejarah 7 tahun di UNY Jogja. Kini tinggal Palembang. Bukan penulis handal, hanya saja suka menulis hal-hal yang humanis. Apapun yang saya tulis atau ucap, sulit sekali bagi saya untuk tidak Historis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rock Cengeng AKA yang Abadi

28 Agustus 2010   21:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:38 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Piringan hitamku pernah mutar lagu bagus. Melankolis memang, tapi itu lagu punya makna dalam untuk seniman bermasa depan suram. Judul lagu itu "Jeritan Seniman" milik AKA yang ada Ucok Harahap 'Kribo' itu. Lagu itu, bisa dibilang cukup cengeng. Lirik dan musiknya 'Ngeblus'(sedih, tapi bukan lagu yang menyedihkan secara kualitas). AKA memang band aliran cadas Indonesia zaman retro dulu. Uniknya, lagu-lagu mereka yang kata orang 'cengeng' kerap direquest di radio-radio yang memutar lagu-lagu lama, atau yang memiliki acara yang menyajikan lagu-lagu zaman dulu--alias Jadul. Sebenarnya, sebagai band cadas memang diakui dengan aksi panggungnya yang cukup sarang zaman dulu, mungkin belum ada yang meniru kegarangan AKA diatas panggung.

AKA kependekan dari Apotik Kali Asin--apotik milik keluarga Ucok Harahap di Surabaya. Ucok Harahap, rocker kribo yang sekarang menyepi di kaki sebuah gunung di Jawa Timur, itu tidak lain otak dari AKA. Dia vokalis dalam band yang juga memainkan organ. personil AKA yang lain adalah Arthur Anez Kaunang--ayah dari Tessa Kaunang yang selebritis itu. Basis kidal itu lulusan sastra Inggris di sebuah PTN di Surabaya zaman dulu. Personil lain adalah Sunata Tanjung yang memainkan gitar untuk AKA--yang cukup diakui kualitas permainan gitarnya. Syech Abidin bertugas memainkan drum.

Band ini mengikuti perkembangan rock dunia. Awalnya mereka kerap memainkan lagu-lagu Jimi Hendrix. AKA seperti band rock lain juga menikmati zaman kebebasan musik rock di Indonesia. Mereka tidak mengalami apa yang dialami Koes Bersaudara yang dibui oleh rezim penguasa orde lama.

Lagu-lagu AKA umumnya keras. Apalagi yang berbahasa Inggris. Mereka juga memiliki lagu yang bisa dibilang komersil karena diminati masyarakat umum, yang mungkin saja tidak suka musik rock. Lagu "Badai Bulan Desember", "Seniman dan Biola" atau "Jeritan Seniman" masih suka di request orang-orang yang pernah muda di dekade 1970an. Dua lagu tadi bisa dibilang lagu cengeng. Seperti umumnya lagu sekitar dekade 1970an, lagu AKA tadi, diiringi sound dari organ Hammond. Iringan itu, walau terkesan 'jadul' bahkan kuno oleh anak zaman sekarang, lagu tadi menjadi semakin kuat karakternya. Walau tidak sepopuler "Whiter Shade of Pale" milik Procol Harum yang sepertinya irama lagu itu nyontek dari "Air in G String"-nya Johan Sebastian Bach. Sound Organ Hammond mungkin tidak saja dipakai oleh AKA, tapi juga band lain. Bagaimanapun sound itu seperti air abadi untuk band-band zaman dulu, termasuk "Badai Bulan Desember", Seniman Dan Biola" dan "Jeritan Seniman" milik AKA.

"Do What you Like" adalah album AKA yang cukup kesohor di negeri ini. Beberapa mereka berbahasa Inggris. Untuk ukuran Indoensia, beberapa lagu mereka cukup eksperimental juga, seperti apa yang dibuat Pink Floyd di belahan dunia lain.

Aksi panggung AKA cukup sangar. Pakai aksi gantung diri Ucok Harahap di awal konser segala. Konser AKA selalu ramai dipadati penggemar rock fanatik. Nama AKA patut disejajarkan dengan God Bless. Sayang AKA tidak eksis selama God Bless yang kerap ganti personil. AKA menghilang di dekade 1990an. AKA tinggal nama. Mereka tidak konser. Apa yang direkam AKA tak pernah mati. Lagu mereka, apalagi yang lagu-lagu cengeng, kerap diputar oleh penggemar atau radio yang menyajikan lagu-lagu lawas.

Pasca vakumnya AKA, selain Ucok Harahap, tiga personil lain--Syech Abidin, Arthur Anez Kaunang dan Sunata Tanjung membentuk SAS yang merupakan kependekan dari nama mereka. Musik mereka tidak sekeras AKA namun cukup sukses dimata publik karena musik rock di dekade 1980an tidak lagi sekeras awal 1970an. Musik rock tahun 1980an, pamornya sedikit menurun dibanding 1970an.

AKA membuat para personilnya jadi selebritis. Ucok Harahap pernah bermain dalam film-nya Rhoma Irama, "Darah Muda" dimana Ucok berperan sebagai rocker bengal dengan geng motornya. Ucok dapat peran antagonis dan Rhoma Irama tentu saja dapat peran jadi jagoan--seperti di film-film box office. Film tadi seperti memposisikan rock sebagai sebagai musik orang-orang bengal yang tidak memiliki kegiatan positif. Padahal ada rocker yang jadi Astronom seperti Brian May.

Hampir semua personil AKA belakangan menjadi orang-orang yang religius. Rock juga mengantarkan mereka menjadi itu secara tidak langsung. Ucok konon diberitakan menjadi paranormal. Mereka tetap berkesenian, namun tidak Ngerock seperti 1970an dulu. Usia mereka tidak lagi cocok untuk membawakan lagu-lagu pemberontakan ala Rock.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun