Baru-baru ini, eFishery, sebuah startup akuakultur terkemuka di Indonesia, terlibat dalam skandal keuangan yang signifikan. Investigasi internal mengungkapkan bahwa perusahaan diduga telah melebih-lebihkan pendapatan hampir Rp9,74 triliun selama periode sembilan bulan yang berakhir pada September 2024.
Laporan resmi kepada investor menyatakan laba sebesar Rp259,9 miliar, namun penyelidikan menunjukkan bahwa perusahaan sebenarnya mengalami kerugian hingga Rp575 miliar.
Selain itu, eFishery mengklaim memiliki lebih dari 400.000 unit alat pemberi pakan ikan otomatis yang beroperasi, tetapi investigasi menemukan hanya sekitar 24.000 unit yang aktif.
Kasus ini terungkap setelah seorang whistleblower melaporkan ketidakwajaran dalam laporan keuangan perusahaan pada Desember 2024, yang mengarah pada pemecatan CEO dan pendiri eFishery, Gibran Huzaifah.
Skandal ini mengguncang industri startup Indonesia dan menimbulkan pertanyaan serius mengenai transparansi dan akuntabilitas dalam praktik bisnis. Investor besar seperti SoftBank Group dan Temasek Holdings, yang telah mendukung eFishery, kini menghadapi tantangan dalam menilai kembali investasi mereka.
Dampak negatif dimata investor asing
Meskipun kasus semacam ini dapat terjadi di berbagai sektor industri, dampaknya menjadi lebih serius bagi ekosistem startup yang telah dibenahi oleh pemerintah.
Di Indonesia, sebagian besar startup hanya mampu beroperasi pada skala kecil dan keberlanjutannya sangat bergantung pada pendanaan dari venture capital asing. Namun, kasus seperti ini dapat menurunkan kepercayaan terhadap Indonesia sebagai negara yang layak untuk investasi, sehingga memengaruhi iklim investasi secara keseluruhan.
Sebagai solusi, diperlukan adanya lembaga khusus yang fokus pada penilaian risiko startup. Konsep ini dapat diadaptasi dari Pefindo, yang menyediakan layanan pengecekan riwayat kredit. Namun, lembaga khusus ini harus memiliki tugas utama untuk membantu investor dalam menilai dan memberikan skor risiko terhadap startup, dengan memastikan data keuangan dan operasional lebih terverifikasi. Selain itu, lembaga ini juga harus menyediakan analisis makro, termasuk tren industri, guna memberikan gambaran yang lebih menyeluruh kepada investor.
Dengan adanya lembaga semacam ini, diharapkan transparansi dan akuntabilitas startup di Indonesia dapat meningkat, sekaligus memperkuat kepercayaan investor baik domestik maupun internasional.