Virus Corona telah memporak-porandakan perekonomian global, begitu juga mulai terasa dampaknya di tanah air. Nilai tukar Dollar terhadap rupiah sempat menyentuh diharga Rp16.000, IHSG kita telah terporosok sampai 33% dari 6280 kini 4190 ditahun berjalan {YoY).Â
Belum lagi ancaman dari kembali anjloknya harga minyak mentah dunia ke level USD 26,98 perbarel, yang terendah dalam 20 tahun terahkhir. Sektor usaha terpukul dengan adanya kejadian-kejadian yang kategori diluar prediksi.
Sebagai pengusaha kejadian ini harus kita sikapi, dan tetap optimis. Ada dua hal besar menurut penulis yang dihadapi saat ini yaitu melemahnya daya beli konsumen yang akan berpengaruh terhadap sikap konsumen dan kenaikan biaya operasional usaha bagi pelaku usaha
Berubahnya sikap konsumen
Konsumen akan dipaksa untuk mengetatkan kembali pos-pos belanja rumah tangga mereka. Pada kondisi krisis, konsumen akan berperilaku lebih kritis, dan lebih rasional.Â
Sikap konsumen dalam pembelian suatu produk/jasa kita kenal ada tiga yaitu dapat dibagi dalam 1) konsumen yang mempertimbangkan pentingnya hubungan antara kualitas dan harga disebut sebagai value-oriented-customer, 2) konsumen yang tidak mempertimbangkan kualitas, hanya harga kita sebut sebagai price-oriented customer dan 3) menempatkan pentingnya membeli produk dengan brand names yang terpercaya kita sebut sebagai quality-oriented customer.
Seperti situasi saat ini bila pemerintah tidak mampu mengatasi gejolak akan terjadi penurunan daya beli akibat naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok.Â
Sikap konsumen beralih menempatkan pentingnya nilai brand kepada sikap lebih mempertimbangkan hubungan kualitas dan harga.Â
Konsumen pada segmen menengah kebawah memilih bersikap price-oriented customer, membeli produk murah sesuai dengan kemampuanya tidak terlalu peduli akan kualitasnya dan nilai dari Mereknya..
Biaya operasional terus meningkat, tapi tetap harus efisien