Presiden Joko Widodo telah  meluncurkan Making Indonesia 4.0 pada hari Rabu (4/4/2018) sebagai sebuah roadmap atau peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki industri 4.0. Inisiasi ini diluncurkan pada acara Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Centre yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian. Tulisan ini akan membahas sekilas tentang industry 4.0 dan beberapa pemikiran pengembangan industry 4.0 di Negara ini.
Pernahkah kita membayangkan sepuluh tahun kedepan kehidupan kita akan terbiasa dengan robot, kecerdasan buatan (artificial intelligence), nanotechnology, kendaraan tanpa awak (autonomous vehicles), 3-D Printing, biotechnology, the internet of Things, energy storage, dan quantum computing.
Teknologi robotik akan mengantikan tenaga kerja yang berada dipabrik-pabrik. Teknologi artificial intelligence akan menghasilkan software yang akan mampu menduplikasi kecerdasan seperti manusia. Hadirnya kendaraan tanpa awak seperti drone dan mobil pintar (smart car) sebagaimana dipamerkan di Frankfurt Motor Show 2017 lalu akan berseliweran tidak lama lagi didepan rumah kita. Rekayasa Nanoteknologi, Â Biologi (bio technology) dan Teknologi Informasi (information technology) menghasilkan inovasi-inovasi produk yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebut saja DNA rekombinan hingga stem-cell dibidang kedokteran, pengaplikasian bidang pertanian dan pangan, Â lahirlah inovasi pengawet makanan, fortifikasi, pangan fungsional, nutrasetikal, dan kemasan pintar. Masih banyak contoh yang saat ini kita lihat di kehidupan sehari-hari dari hasil rekayasa-rekayasa itu.
Belum lagi kita berbicara pemanfaat teknologi dan informasi seperti IoT, teknologi quantum computing dan cloud. Dibidang pemerintahan mulai genjar di aplikasikan smart city dan smart government. Hadirnya teknologi big data dimanfaatkan oleh kalangan bisnis untuk mengolah data-data konsumen dan membantu mengenal lebih baik konsumen dan potensi pasar masa depan. Semua itu adalah platform baru bagi masyarakat masa depan di era Industri 4.0.
Gelombang revolusi industri
Tidak salah Klaus Schwab (2017) dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution mengatakan bahwa Revolusi Industri 4.0,  dengan dukungan kemajuan pesat teknologi, akan membawa kita pada kondisi transisi revolusi teknologi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup, bekerja, dan relasi organisasi  dalam berhubungan satu sama lain. Hal kursial yang harus diperhatikan oleh pemerintah, pelaku usaha, akademisi, masyarakat luas bahwa kita harus memahami dengan bijaksana gelombang revolusi industri 4.0 ini sebagai tranformasi dari sejarah manusia kedepan
Revolusi industry 1.0 dimulai pada paruh kedua abad ke-18 disepakati terjadi ketika penggunaan tenaga uap untuk mekanisasi produksi. Era ini pelan-pelan menggeser tenaga manusia dan hewan yang kerap digunakan dalam proses produksi, tergantikan dengan kehadiran mesin sederhana. Pergeseran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industry.Â
Sementara revolusi industri 2.0 dimulai dengan sebuah fase pesatnya industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ditandai dengan masifnya produk-produk manufacturing, dan pabrikasi dinegara-negara maju. Berkembangnya mesin-mesin pabrikan, mulai digunakan alat tranportasi seperti kereta api, mobil, dan bus, serta kelistrikan (teknologi elektrifikasi) dan teknologi komunikasi (telepon) mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas.
Industri ketiga sendiri diperkirakan berlangsung pada tahun 1960 manakala mengedepankan perangkat elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi produksi. Hal ini juga ditengarai oleh perkembangan semikonduktor dan proses otomatisasi industri. Dimulai dengan munculnya perangkat supercomputer, kemudian menjadi personal computer dan kemudian lahirlah internet ditahun 1990an.Â
Industri 4.0 sendiri lahir manakalah dicetuskan dalam World Economic Forum (WEF) tahun 2015 oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel selain itu Klaus Schwab sebagai founder dari WEF pun getol mempublikasikan jargon industri 4.0 yang kemudian diikuti para pemikir-pemikir dunia lainnya. Walapun masih diperdebatkan tapi Klaus Schwab menyakini bahwa sekarang kita sudah memasuki era industri 4.0 yang lebih dikenal dengan industri pabrik cerdas.Â
Isu penting dalam Industri 4.0 ini adalah bagaimana pemerintah, pelaku industri (besar/kecil), akademisi, dan masyarakat luas menghadapi potensi-potensi disruptive yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang informasi teknologi yang berpengaruh terhadap model bisnis. Semuanya berimplikasi dengan berubahnya pola bagaimana industry itu sendiri dalam mengelola proses produksinya, perubahaan dalam seluruh rantai nilai baik hulu hingga hilir.