Wali Sanga, namanya sangat masyhur di Pulau Jawa. Bahkan, bisa jadi se-Indonesia. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa sesungguhnya Wali Sanga adalah sebuah dewan dakwah yang diprakarsai oleh Sunan Gresik empat tahun setelah hancurnya Kerajaan Majapahit, yakni 1404 M atau 808 H.
Dewan ini beranggotakan sembilan pendakwah, yang mana dalam perjalanannya tetap mempertahankan jumlah tersebut. Bilamana ada seseorang yang wafat, maka akan digantikan oleh tokoh lain. Jadi, para sunan ini tidak hidup se-jaman. Namun, punya hubungan yang erat. Bisa hubungan guru dan murid, hubungan darah maupun pernikahan.
Sebagaimana dikutip dalam buku Haul Sunan Ampel ke-555 yang ditulis oleh K.H. Ahmad Dahlan.
"...majelis dakwah yang secara umum dinamakan Walisanga, sebenarnya terdiri dari beberapa angkatan. Para Walisanga tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya".
Jauh sebelum ada organisasi dakwah terorganisir seperti Wali Sanga, tugas dakwah ini sudah dijalankan oleh Alawiyyin. Sebutan ini diperuntukkan untuk sekelompok orang yang memiliki pertalian darah langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Tokoh ini berasal dari Persia dan Hadramaut. Salah satunya adalah Syekh Datuk kahfi alias Syekh Nurjati.
Syekh Datuk Kahfi adalah guru dari Sunan Jati Purba dan Raden Walangsungsang putra Prabu Siliwangi. Nama besarnya masyhur di sekitar Cirebon, Indramayu, dan Sumedang. Beliau juga leluhur dari Pangeran Santri alias Ki Gedeng Sumedang penguasa Kerajaan Sumedang Larang. Beliau adalah putra dari Syekh Datuk Ahmad dari Malaka.
Muridnya yang paling terkenal adalah Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Salah satu bukti peninggalannya adalah Masjid Kuno Bondan di Sukagumiwang Indramayu. Dibangun dalam semalam pada tahun 1414 M.
Masjid ini memiliki ciri yang unik sebagai masjid kuno di Indonesia, dengan denah bujursangkar yang telah dikembangkan serta serambi berbentuk panggung. Pada dinding di sebelah selatan dan utara terdapat 6 jendela tanpa daun jendela.
Masjid ini dibangun sebagai hasil musyawarah antara Syekh Datuk Kahfi dengan masyarakat Bondan. Sedangkan bedugnya dikerjakan keesokan harinya dari kayu sidaguri. Secara arsitektur, ada 16 tiang di dalamnya, 4 di antaranya sebagai saka guru yang berdiri di atas tumpukan batu dengan ketinggian yang tidak sama, beratap tumpang satu, dan memiliki  memolo pada puncak atap. Bangunannya  dibagi dalam tiga bagian, yaitu tempat wudhlu dan bale, serambi, dua buah kentongan, dan bagian perluasan masjid.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H