Sumbersari 16 April 2017
         Pilihan menjadi topik perdebatan yang sangat seru belakangan ini.  Angka yang tidak punya salah apa apa menjadi rebutan dan elukan para penggemar nya.  Saya pilih satu, saya dua dan  kamu jangan pilih tiga atau empat.  Menjadi perdebatan seru dan satu isu yang memicu pertengkaran antara teman bahkan keluarga.  Perbedaan pilihan ini menjadi hal yang selalu diperdebatkan dan dibahas sangat ramai terutama di media sosial.  Seandainya angka bisa berbicara seperti layaknya bulan dalam lagu doel sumbang maka dia pasti akan berkata hentikan semua perdebatan saya sang satu dua dan tiga tidak pernah rela di perebutkan dan diperdebatkan, kami hanyalah angka yang melengkapi satu sama lain tanpa dimulai dengan angka satu takkan ada kelanjutan angka dua dan seterusnya.  Penyikapan akan perbedaaan pilihan ini lah yang jadi penyebab utama dalam masalah.
         Layaknya ketika kita mendukung suatu klub sepakbola yang tak rela jika klub nya kalah, sama halnya dengan pilihan pemimpin kali ini tidak ada yang siap kalah untuk hanya jadi sekedar calon pemimpin.  Belum tentu juga yang menang sebenarnya siap menang dan menanggung semua konsekuensi janji yang harus ditepati atau imbalan balik kepada sang donatur dan pemberi suara.  Semua ini adalah pilihan ! setidaknya sikapi dengan baik dan dewasa karena pilihan itu selalu hakiki dan hadir dalam setiap perjalanan hidup kita.  Masing –masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sekarang tinggal biarkan pilihan lah yang menentukan akhirnya siapa yang berhak dan siapa yang harus mundur perlahan sambil tersenyum.  Dunia belum berakhir saat kita memilih dan belum tentu dunia masih ada ketika kita terpilih. Jadi biarkan kita ikhtiar dalam pilihan kita dan biarkan yang Maha Kuasa memilih pada akhirnya.
Kita pun sudah jadi makhluk pilihan yang menjadi khalifah di muka bumi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H