Mohon tunggu...
masopiek
masopiek Mohon Tunggu... Konsultan - #catatanmasopiq

Mencoba menulis terkait tentang fenomena kehidupan yang ada dengan gambaran yang simpel dan menarik. konsen pada fenomena dunia pertanian dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kopi dan Catatan-nya

2 September 2021   09:33 Diperbarui: 2 September 2021   09:41 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kopi dan catatan-nya, beberapa waktu yang lalu tanpa sengaja saya berjumpa dengan kawan kopi lama saya, mas abrar pemilik cottonwoods coffee, dari pertemuan tanpa sengaja tersebut kami saling tukar pikiran terkait kopi, dan berbagai catatannya.

domisili saya saat ini di bogor , jadi menjadi sebuah hal yg menyenangkan dan menyegarkan untuk bisa beriistirahat sejenak untuk minum kopi, sambil diskusi dan ngobrol dengan para barista dan pelaku kopi yang ada di kedai/cafe tersebut, sambutan ramah dan gaya humble para barista memberikan kenyamanan tersendiri. Passion mereka akan kopi yang menjadi jalan hidup mereka menjadi sebuah apresiasi tersendiri, karena berani memilih jalan karier yang tidak biasa. rasa kopi yang melekat dan punya layer berbeda mengingatkan pada sebuah usaha besar dibaliknya, para petani kopi. setidaknya kolaborasi rasa itu yang timbul ketika saya menikmati. 

Tapi nampaknya hal tersebut menjadi hal yang sangat langka terjadi, Interaksi menjadi terbatas karena pola dan sistim pelayanan kopi yang kaku yang diawali dengan ucapan "selamat datang kak"  dilanjutkan dengan "Mau Pesen Apa kak" , " Bayar langsung atau open" "nanti Pesanan Diantar kak" dan pada akhirnya " terimakasih atas kedatanganya kak". SOP kaku itu mengurangi interaksi yang terjadi. memahamkan diri saya pribadi bahwa ini memang hanya bisnis menjadi kekecewaan tersendiri. Interaksi yg saya alami dengan beberapa kedai kopi di Bandung, Malang dan Bogor sebelumnya memang memberikan kesan tersendiri. menjadi tempat melepas keluh kesah atau sekedar ngobrol sok serius tentang masa depan, politik dan kopi di Indonesia.

Interaksi menjadi minim dan seperti hanya formalitas, mas abrar bahkan bilang kalau tanpa interaksi apa jadina usaha kopi kedepannya bisa jadi hanya ada take away dan no dine in. ditambah kondisi pandemi yang menerapkan kebijakan Physical disttancing yang mengakibatkan social distancing. langsung terbayang, apa jadinya kalau kedai kopi hilang pelanggannya secara fisik hanya dalam bentuk pesanan online. apa masih bisa disebut kedai kopi atau coffee house. terbesit nantinya semua akan online pada masa nya. 

dalam dunia food and beverages, pelayanan menjadi key point dalam usaha, dan pelayanan ini melibatkan interaksi antara konsumen dan produsen. dalam kopi ini lah yang menjadi ciri khas keluwesan dalam meberikan pelayanan, memberikan keistimewaan pada secangkir kopi untuk satu pelanggan yang dilengkapi ceritanya masing-masing.  Kopi itu katalisator perubahan seperti yang terjadi pada revolusi perancis, politik kedai kopi yang menyulut semangat untuk melakukan revolusi. kalau ternyata hari ini hanya jadi skedar pelengkap lifestyle , ya mungkin ini masanya.

tapi setidaknya mari kita mencoba saling tukar pikiran agar kopi di indonesia tidak berhenti sampai disini. dan meningkatkan kualitasnya secara sosial dan technical. dan biarkan kopi menjadi sarana cerita dan katalisator perubahan 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun