Mohon tunggu...
Masnur Marzuki
Masnur Marzuki Mohon Tunggu... -

Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mobil Nasional Esemka; Prestasi atau Kebohongan?

6 April 2014   22:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta macet adalah kelaziman. Tidak macet justru tidak lazim. Setiap sudut kota terjejal kendaraan bermotor yang kian hari melimpah. Ketika jalanan macet nyaris tak bergerak, parkiran pusat berbelanjaan tetap penuh. Lalu datanglah "harapan" indah tentang proyek Mobil nasional bernama ESEMKA. Jokowi seolah hadir membawa secercah asa.

Waktulah yang akhirnya membuktikan apakah sebuah peristiwa adalah asa atau fatamorgana. Nyatanya, tabir kebohongan mobil Kiat Esemka mulai tersingkap. Mobil yang diklaim buah inovasi siswa SMK Solo itu ternyata pepesan kosong belaka. Apa lacur, hampir semua komponennya mencomot dari mobil-mobil yang sudah dulu ada. Adalah Sukiyat, pengusaha bengkel di Klaten yang selama ini menjadi salah satu mitra dalam perakitan mobil Esemka. Onderdil dan mesin diambil dari ragam mobil yang sudah established. Meluncurlah Esemka ke pentas imajinasi publik tentang akan datangnya (sekali lagi) harapan "baru" produksi mobil nasional. Padahal jauh sebelumnya sudah banyak yang mencoba namun lumpuh ketika berhadapan dengan kepentingan pabrikan asing (Jepang, Amerika, Eropa) yang tidak akan rela kehilangan pasar.

Tapi media adalah racun. Digemakanlah ke seantero negeri bahwa ini adalah prestasi yang dirintis Walikota Solo Jokowi. Esemka adalah proyek berprestasi pro kepentingan nasional untuk dibawa ke Jakarta. Jokowi berhasil menyulap euforia Mobil Nasional Esemka sebagai kanal citra politik merebut kursi DKI 1.

Tapi tabir kebohongn Esemka tak mampu dibendung. Yang bisa dilakukan hanyalah menutupinya lewat media-media mainstream. Alhasil, jangankan mulai diproduksi, untuk lolos uji emisi saja Esemka gagal total. Kampanye Esemka pun lenyap di tengah gegap gempita baju kotak-kotak.  Lalu bagian mananya Esemka harus dilihat sebagai prestasi selain prestasi mendongkrak citra?

Sampailah pada kesimpulan mendasar. Mobnas Esemka adalah proyek kebohongan demi citra dan nafsu kekuasaan. Tapi tak apalah, kalaupun yang jualan Esemka itu sukses meninggalkan kursi DKI 1 menuju kursi RI 1 setidaknya ada harapan lagi bagi publik bahwa nantinya Mobil rakitan SMK jadi mobil resmi Kepresidenan. Kalaupun bukan produksi, tapi hanya rakitan, setidaknya kita punya nama mobil untuk dikendarai oleh Presiden untuk blusukan di tengah makin macetnya ibukota.

Selamat berprestasi kebohongan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun