Mohon tunggu...
nur masnuriah
nur masnuriah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

seorang ibu yang hobi membaca dan berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Nyumbang = Bayar Hutang?

31 Januari 2015   16:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:03 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian masyarakat kami mungkin bila punya hajat  tidak afdol bila hanya sekedar  walimahan  selamatan sederhana mengundang tetangga kanan kiri . baik itu mantu ataupun sunatan. Biasanya yang punya hajat akan mengadakan resepsi  atau acara yang kadangkala diluar jangkauan kemampuan ekonominya sendiri.mengadakan acara , mengundang banyak orang, menyediakan makanan berlimpah dan juga mengadakan acara hiburan  untuk pelengkap acara. Hiburan bisa berupa pertunjukan wayang, karaoke atau organ tunggal ada juga kuda lumping.  Kenapa  dianggap diluar kemampuan , Sebab seringkali  modal untuk acara berupa bahan makanan , segala tetek bengek nya akan  di ambilkan dulu dari toko  atau warung. Begitu acara selesai  barulah hitung-hitungan atau bayaran dengan uang yang di dapat dari sumbangan para undangan. Tidak  jarang terjadi begitu selesai acara malah meninggalkan hutang yang tidak sedikit.

Undangan disebar di kampung yang bersangkutan dan juga kampung kampung sebelah, baik  itu kenalan baik, kenal wajah saja tak kenal nama ataupun tidak kenal sama sekali. Biasanya undangan di bagikan kosong pada pengantar yang mewakili tempat tempat tertentu dan merekalah yang menuliskan nama undangan sekaligus juga mengatar kepada yang bersangkutan.

Memang sih rata – rata sumbangan  dari undangan lumayan banyak,untuk ukuran masyarakat kami yang penghasilannya tidak seberapa.  Ibu ibu biasanya memberi sumbangan  antara Rp 20.000,- hingga 25.000, paling sedikit Rp 15.000 dibawah itu rasanya jarang. Untuk bapak bapak biasanya lebih tinggi dari itu.  Kalau nggak ya malu lah, sebab saat kita nyerahin amplop maka amplop kita akan langsung di buka ditempat dan juga dicatat nama penyumbangnya. Kami pribadi, saya dan suami jarang menuliskan nama di amplop sumbangan dengan alasan untuk menjaga keikhlasan. Namun belakangan rada khawatir juga sih nanti kalau nggak ada nama kita dikira tuan rumah  tidak datang atau ada ampop yang sama- sama nggak ada namanya kebetulan isinya lebih sedikit isinya dikirain punya kita, atau lebih parah lagi kita datang tapi dikira tidak nyumbang. Nah lo gimana dong kalau sudah begitu.

Bagi tetangga dekat yang biasanya juga rewang alias bantu bantu di situ biasanya sumbangan nya lebih banyak lagi, tergantung seberapa dekat hubungan dengan  tuan rumah. Atau  dulunya waktu dia punya gawe si tuan rumah nyumbang berapa. Jelasnya misalkan si tuan rumah yaitu pak ahmad dulu waktu hajatan di rumah pak budi menyumbang Rp 50.000,- maka pak budi akan menyumbang sejumlah itu.  Padahal kalau di anggap investasi rugi ya, habis nya nyumbang nya 5 tahun yang lalu baliknya tetap segitu yah tergerus inflasi lah he he he.

Hajatan bagi warga kami memang jadi beban tersediri  baik bagi yang punya acara maupun bagi yang diundang. Bagi yang punya hajat harus mempersiapakan  banyak biaya , waktu, tenaga dan pikiran untuk menyelenggara acara seperti yang dikehendaki. Bagi yang di undang  juga jadi masalah tersendiri kalau dapat undangan  sementara keuangan menipis. Karena kadang kala hajatan berdekatan waktunya  atau bahkan bersamaan. Seperti mantu biasanya ada musimnya yaitu bulan maulid. Maka akan banyak terdengar keluhan terutama ibu ibu yang sering tidak bisa menyimpan rahasia dapurnya.  Mau nggak datang malu sama orang lewat apalagi sudah berhutang. Kalau kita pernah punya acara dan didatangi orang maka di anggap hutang lo,. Akhirnya berangkat juga ,meski untuk menyumbang harus pinjam kanan kiri. Gimana mau ikhlas coba?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun