10 November, di Indonesia diperingati secara Nasional sebagai hari pahlawan. Pahlawan selalu di identikkan dengan para leluhur yang telah berjuang sehingga darahnya harus mengalir dari tubuhnya, jiwanya terpisah dari raganya demi memperebutkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika kita memandang lebih luas lagi makna pahlawan, sebenarnya kita dapat memaknainya dari berbagai sudut. Tapi nampaknya hal tersebut belumlah memasyarakat ataupun membudaya di Indonesia. Pahlawan (Nasional), di Indonesia saat ini seperti sebuah pencapaian yang ditandai dengan sebuah gelar yang di sematkan pada seseorang. Ironisnya pemberian gelar itu sampai sampai menjadi persengketaan (Soeharto sebagai Pahlawan Nasional). Mungkin ini karena adanya penyempitan makna, Pahlawan menjadi Pahlawan Nasional. Mungkin kita masih ingat dan akan selalu ingat dengan kalimat ini “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, sebuah gelar bagi seorang guru. Karena ia turut serta mencerdaskan para pemuda yang metupakan masa depan negeri ini. Jika kita mau membuka mata kita dan memandang kearah yang lebih luas untuk memak ai pahlawan, sebenarnya setap individu adalh pahlawan. Seorang guru, karena jasanya memberikan pendidikan kepada murid muridnya disebut sebagai pahlawan. Seorang ayah berusaha menghidupi istrk dan anaknya juga adalah pahlawan bagi keluarganya. Lebih dari itu, semua dari kita adalah pahlawan. Saya memaknai pahlawan adalah, manusia yang terus berusaha memperbaiki dirinya dan terus meningkatkan kualitas hidupnya dengan tetap memperhatiman hak hak orang lain. Sehingga keberadaanya tidak menjadi beban bagi orang lain, bahkan memberi manfaat kepada sesamanya dan kepergiannya selalu dirindukan untuk kembali. Kita semua adalah pahlawan, Selamat hari pahlawan Ma'af, ini Re-Post Tulisan lama, karena emang topiknya berkesesuaian :-) SUMBER
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H