JAKARTA - Sugianto Kusuma alias Aguan menyadari bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan di masyarakat. Namun menurutnya, ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar.
“Selain tenaga pendidik yang mumpuni, kurikulum yang mencerdaskan dan memanusiakan, tempat belajar yang nyaman dan mendukung juga menjadi bagian yang teramat penting,” ujar Aguan Sugianto di Jakarta, Kamis (22/12).
Bos Agung Sedayu Group ini menambahkan, gedung sekolah yang atapnya bocor, berdinding tembok rapuh karena dimakan usia atau rusak karena bencana tentu tidak layak untuk dijadikan tempat menuntut ilmu.
“Dengan keadaan seperti itu, tempat pendidikan justru menjadi ancaman bagi keselamatan para siswa maupun guru,” tambahnya.
Karena alasan itu, Aguan Sugianto melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mencoba memberikan solusi dengan menggagas program Bantuan Pembangunan Sekolah. “Program ini adalah bagian dari misi pendidikan yang disasar Yayasan Tzu Chi,” tegas pria yang menjabat Wakil Ketua Yayasan Budha Tzu Chi ini.
Aguan Sugianto menjelaskan, program Bantuan Pembangunan Sekolah bertujuan untuk mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang aman. “Yayasan Buddha Tzu Chi turut serta dalam usaha membangun dan merehabilitasi gedung sekolah yang kondisinya kurang layak, terutama sekolah-sekolah yang rusak akibat bencana alam,” urai Aguan.
Hingga Tzu Chi berusia 19 tahun, lanjutnya, sudah 33 sekolah di berbagai wilayah tanah air yang telah dibangun atau direhabilitasi.
Salah satunya adalah bangunan dua Sekolah Dasar yang rusak akibat gempa 2 September 2009 di Kecamatan Pangelangan, Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaanya, Yayasan Tzu Chi bekerjasama dengan Kodam III/Siliwangi.
“Pemilihan sekolah ini didasarkan pada urgensi pendidikan anak-anak. Kala itu, selama empat bulan para siswa terpaksa belajar di tenda karena ruangan kelas roboh,” jelas Sugianto.
Selain di Bandung, kota Padang Sumatera Barat juga menjadi target Tzu Chi. Salah satu SMA Negeri di sana, kini memiliki sarana prasarana pembelajaran baru. Tidak hanya satu namun tiga gedung baru sekaligus, yakni ruang kelas, aula olahraga, dan masjid. Ketiga bangunan menghabiskan dana Rp 39 miliar rupiah.
Pembangunan sarana pendidikan ini menandakan bahwa tidak sekat-sekat perbedaan suku, ras , ekonomi dan agama dalam melaksanakan misi kemanusiaan, sesuai moto Yayasan Tzu Chi.