Seorang ibu entah dari rombongan mana, merogoh tas, bermaksud mengambil uang kecil, Â sambil berjalan ia terus merogoh tasnya. Â Para peminta yang melihat adegan ini langsung mengeroyok menyorongkan wadah agar ibu ini mau memasukkan uang ke dalam wadah mereka. Karena dikeroyok ibu ini kehilangan keseimbangan, Â ia tersandung dan terjerambab.. Â Ealah.. Segitunya orang meminta.
Masuk ke ruangan utama dimana Kanjeng Sunan dimakamkan, Â pimpinan rombongan kami absen kunjungan pada pekuncen yang mengurusi buku tamu. Â Suara berbagai wadah ditabuh pelan, Â mengisyaratkan kepada para pengunjung untuk berderma. Â
Yang di dalam area dalam ini  adalah para pekuncen yang memakai seragam abdi dalem, menurut penduduk setempat dinamai Pakelingan.
Mereka adalah keturunan ke 15 dari kerajaan Kelingga Kediri yang anak keturunannya mengabdikan diri pada Sunan Gunung Jati. Mengenai sejarah pakelingan lihat di sini.
Mereka menjadi penjaga makam tidak digaji dan hanya mengandalkan derma dari para peziarah. Â
Kami serombongan mencari tempat yang agak lega. Berhimpit dengan dengan kijing dan pengunjung lain. Â Yang penting menyatu dan tidak menduduki kijing karena dilarang.
Tahlil, Â tahmid, dan takbir menggema dalam ruangan. Â Bersahut-sahutan karena dalam ruangan yang sangat terbatas, Â dan banyak rombongan. Â Kami berusaha khusuk sembari mengingat perjuangan para wali membawa kalimat Tauhid untuk msayarakat Indonesia khususnya di pulau jawa. Â
Ditengah kekhusukan kami berdoa, Â seorang pekuncen berjalan mengelilingi para peziarah menggunakan bakul nasi. Â Uang kecil recehan tertabur satu demi satu dari tangan para peziarah. Â Ada yang memberi ada yang tidak. Â Saya pun mengulurkan seadanya. Â
Selesai ritual di makam Sunan Gunungjati, Â kami bergeser ke tempat lain. Â Ke makam Sang Guru, Â yaitu syekh Dzatul Kafi, di Bukit Astana Gunungjati.
Menyusuri gang sempit yang tembus ke jalan raya menuju bukit Astana, Â kami juga menemukan barisan para peminta. Â Kecil besar tua muda laki perempuan. Â Mereka berbaris, Â memenuhi gang. Â Menyodorkan berbagai wadah. Â Sambilnya mulutnya terus mengiba meminta sedekah dari para peziarah.
Sampai di jalan besar yang menghubungkan  kompleks makam Sunan Gunungjati dan Makam Syekh Dzatul Kafi,  serombongan laki-laki mudah dan paruh baya memberi isyarat menggunakan kain yang dijadikan bendera.  Beberapa orang memberi aba-aba pada kendaraan yng berlalu-lalang untuk berhenti sejenak,  dan yang lain berdiri berjajar menyadongkan tangan meminta sedekah dari para pengunjung,  mungkin ini sebagai bayaran atas jasa mereka menyeberangkan jalan para pengunjung.