Saya ingin sekali mengunjungi Bromo. Saking kepinginnya sampai sering terbawa mimpi. Makanya kalau pas upacara lempar sesaji hari Kasodo di Bromo saya tidak pernah melewatkan untuk menontonnya di youtube. Â
April 2022 pandemi belum berakhir. Â Semua objek wisata tutup. Â Tapi saya berkeyakinan akan bisa menikmati suasana Bromo entah bagaimana caranya. Â Sebab di sana di kaki gunung Bromo saya mengenal seseorang yang paham daerah sana. Â
Di Malang ada mbak Anis Hidayatie dan di kawasan Bromo ada mbah Ukik, Â yang saya kira bisa memandu saya untuk mengunjungi kawasan Bromo. Â
4 April  2022, subuh hari saya bersiap.  Sebelumnya motor andalan Thunder 125 sudah saya servis secara keseluruhan.  Ganti oli,  cek rem,  perawatan mesin,  cek bodi,  dan tak ketinggalan uang cash dan beberapa juta di rekening.  Saya membawa uang sengaja agak banyak. Karena saya paham,  ini trip panjang, akan memakan waktu lama,  dan berisiko di jalan dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi.  Makanya saya memilih waktu perjalanan pagi hari,  dengan harapan bisa transit di Malang dan akan melakukan perjalanan pada keesokan harinya.Â
Selesai sholat subuh, Â saya bersama istri bergerak. Â Menyusuri pagi yang dingin melewati rute Semarang-Purwodadi-Ngawi. Â
Perjalanan ke arah Purwodadi kami lewati dengan mulus. Â Purwodadi ke arah Ngawi melewati banyak hutan dan bisa melihat pintu loket masuk ke Kawasan wisata Kedungombo. Â Tergelitik hati ini ingin mampir, Â tapi perjalanan tetap kami lanjutkan karena tujuan utama masih jauh. Â
Pukul 9.30 kami sudah melihat gapura perbatasan jateng-jatim. Apalagi kalau bukan daerah Mantingan. Sebelah timur ikut jatim sebelah barat ikut jateng. Â Tapi saya kaget, Â disitu banyak anggota kepolisian juga beberapa anggota TNI yang mencegat para pengendara yang datang dari arah jawa tengah. Walhasil saya pun disuruh minggir, Â menepikan kendaraan dan ditanya oleh petugas, Â "mau ke mana?".
Saya jawab, "mau ke Malang mengunjungi saudara"
"Sudah vaksin?"
"sudah, Â yang pertama", saya jawab.
Saya pun memperlihatkan sertifikat vaksin yang saya peroleh  dari tenaga kesehatan dari daerah saya.
Para petugas mengobrol sejenak, Â mereka menahan sim dan ktp saya. Â
Lalu salah seorang petugas berseragam cokelat yang perutnya gendut memerintahkan saya untuk menjalani tes swab.
"Ini SOP mas", kata bapak itu. Â
Saya pun menanyakan apakah istri yang saya bonceng juga harus diswab?
Mereka bilang, "pengemudinya saja cukup".
"kalau mbaknya mau swab ya bayarnya dua kali, Â kalau masnya sendiri itu sudah cukup", nah lo..
Tak berpikir panjang saya pun menuruti keinginan para petugas lintas propinsi. Â Masa mau balik lagi gegara gak mau swab?Â
Kira-kira suasananya seperti iniÂ
Dengan arahan google maps, Â kami sampai di kota Kediri pada pukul 13.00 wib. Â Kendaraan saya gas pelan-pelan. Â Saya sempat istirahat beberapa menit di Saradan Madiun dan berhenti untuk isi BBM di Nganjuk. Â Lalu melanjutkan perjalanan ke Malang. Â
Setelah melewati tikungan demi tikungan kami bisa melewati  Pare-Kandangan,  dan berhenti sejenak untuk menunaikan sholat ashar di rest area Ngantang.  Rest area ngantang berada di ketinggian dengan latar belakang Waduk Selorejo yang nampak mengkilap dari kejauhan. Â
Cukup lama saya istrirahat di sini sambil mengisi daya hp yang kian menipis.Â