Dalam buku ini memuat secara lengkap aturan-aturan baku orang Jawa saat menjalani kehidupan mulai dari lahir sampai meninggal,  dengan tuntunan berbagai ritual yang  telah dilakukan oleh yang penganggit secara turun temurun.
Yang menarik dari buku ini adalah juga memuat berbagai mantra dalam bahasa Jawa yang  digunakan untuk berbagai keperluan.  Semisal untuk menolak pencuri agar tidak memasuki rumah kita. Â
Antara lain ;
"Niat ingsun arep turu kasurku segara, Â kemulku mega, Â bantalku baya, Â ngisorku macan putih, Â kiw tengenku malaikat satus patangpuluh, Â samangsane ana wong gawe piala, Â ingsun gugahen"
Konon japa mantra ini akan memberikan manfaat bila sebelumnya dilakukan sebuah lelaku prihatin dengan puasa mutih 14 hari dan puasa pati geni sehari semalam dengan memulainya di hari selasa kliwon.
Konon japa mantra juga dilakukan untuk menaklukan makhluk gaib, Â tentunya dengan melakukan ritual tertentu terlebih dahulu.
Bahkan seseorang bisa melakukan dematerialisasi dengan jalan merapalkan japa mantra, Â sehingga benda-benda tajam semisal pecahan kaca, Â silet, Â kawat, Â paku, Â bahkan ijuk bisa bersarang dalam diri seseorang dengan pertolongan makhluk gaib.
Kalau melihat essensi  doa,  "tholabul a'la min al-'ulya -- permintaan dari yang  rendah kepada yang Maha Tinggi, maka bisa dikatakan bahwa mantra adalah semacam panyuwun atau permintaan kepada makhluk gaib tak kasat mata.
Meskipun dalam pandangan Islam, japa mantra adalah adalah perbuatan syirik karena meminta kepada selain Allah, akan tetapi japa mantra telah hidup dan berurat akar dalam masyarakat jawa sejak lama.
Bahkan  dalam kebiasaan masyrakat jawa japa mantra merupakan sebuah kebiasaan yang tak bisa hilang begitu saja karena telah melekat erat dalam kehidupan.
Lihat saja saat seseorang menghadapi ketakutan ketika ia harus melewati sebuah kuburan, maka akan terucap japa mantra "bismillahi setan ra doyan dhemit ra ndulit"