Siapa nih Yang pernah menginap di Bandungan?
Salah satu keunikan yang bisa dinikmati adalah keberadaan pedagang sate keliling menggunakan angkring pikul.
Mereka adalah para  pedagang yang sebagian besar berasal dari Tawangmangu Jawa Tengah.
Para pedagang sate ini sudah puluhan tahun berdagang di Bandungan. Bahkan ada yang menikah dengan warga setempat, Â dan beranak pinak di Bandungan.
Tahun 80-an jumlah hotel di Bandungan tak banyak seperti sekarang. Â Para pedagang sate ini mangkal di tempat masing-masing. Mereka menunggu tamu dengan sabar. Â Kalau beruntung ratusan tusuk sate bisa habis semalam, Â tapi kalau nasib sedang kurang baik, Â bisa menjual satu dua porsi semalam pun sudah beruntung.
Cara penyajian sate semacam ini memang berbeda dengan yang lain. Â Kalau pedagang sate biasanya membuat bumbu kacang sekalian. Tapi kalau pedagang sate ini merebus terlebih dahulu bumbu Yang hendak disuguhkan, Â baru kemudian menuangkan ke atas piring yang berisi tatanan sate dan lontong, kemudian menambahkan irisan bawang merah, Â cabai rawit dan dikucuri kecap manis
Tingkat hunian yang tinggi efek dari gairah wisata domestik Indonesia membuat para pedagang sate keliling ini merasa betah berlama-lama. Apalagi dengan kedatangan rombongan-rombongan keluarga yang sangat hobi menikmati sate,  membuat para pedagang makin bersemangat menjajakan dagangannya.Bandungan di tahun 90-an termasuk daerah yang  booming dengan sate kelinci,  sehingga para pedagang sate kelilingan ini juga menyediakan menu daging kelinci untuk para pelanggan.
Diantara mereka ada juga yang mendirikan tenda bongkar pasang di seputar lokasi wisata. Â Juga menyewa tempat permanen di area pasar wisata taman PJKA.
Dan bila minggu dan hari libur,  sate kelinci Bandungan termasuk menu yang  diburu para wisatawan dari luar kota.
Saat ini kondisi wisata sedang lesu, Â tingkat hunian hotel 0 persen, Â warga memilih tinggal di rumah daripada sekedar jalan-jalan ke tempat wisata. Â Sehingga kondisi ini sangat berpengaruh pada para pedagang sate di Bandungan. Apalagi golongan pedagang ini sangat mengandalkan pembeli dari para wisatawan.
Bahkan para pedagang di Bandungan menyatakan saat ini adalah kondisi ekonomi terburuk sepanjang sejarah. Lebih parah dari suasana resesi ekonomi 1998. Sebab saat itu meskipun kondisi resesi hanya harga-harga yang  mendadak naik,  sementara pengunjung  wisata masih bisa diharapkan.
Saat ini,  semenjak pemerintah propinsi  Jawa Tengah menutup puluhan tempat wisata, Bandungan termasuk yang  terimbas paling parah.  Karena pergerakan ekonomi wilayah ini hanya mengandalkan sektor wisata.
Dan pedagang sate keliling di Bandungan hanyalah satu sektor yang  terimbas covid-19. Di luar itu masih banyak pelaku ekonomi di sektor lain,  seperti pedagang buah,  pedagang sayur,  dan pedagang mainan di tempat wisata.
Semoga corona segera mereda..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H