Tanpa malu..
Menyingkap pilu
Dalam derai air mata tertahan..
Kehormatan aku sudah tak punya
Aku hanya punya harapan dengan sekerat daging pemberian Tuhan
Anakku, Â ibuku...
Mereka menungguku di  puncak  harap
Membawa beras dan telor untuk hidup esok..
Kini..
Gelombang tak bertuan itu datang..
Menutup semua mata rantai hubungan..
Uang.. pertemanan.. dan Cinta semalam..
Rasanya sudah hari ke sekian sejak gelombang itu datang..
Menghempas apapun..
Merampas hak hidupku yang tidak seberapa..
Tapi aku bisa apa melawan corona?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H