Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tradisi Kungkum Jelang Ramadan di Tugu Soeharto Semarang

20 April 2020   17:09 Diperbarui: 20 April 2020   17:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/p/ByuCANwn7kl/?igshid=1mtoifzbb2j8q


Entah siapa yang mula kali memulai kungkum di Tugu Soeharto.  Yang jelas kali di dekat Tugu setinggi 8 meter yang  dibangun di jaman Soeharto berkuasa ini sangat ramai menjelang bulan Ramadhan.

Pengunjung tidak hanya datang dari Semarang,  tapi juga kota-kota sekitarnya seperti Kendal,  Ambarawa,  dan Purwodadi.

Kali yang  merupakan persimpangan antara kali Garang dan kali Kreo ini diyakini menebarkan energi positif sehingga menarik minat para pengunjung.

Konon tugu Soeharto dibangun untuk memperingati perjuangan Soeharto saat melawan Belanda, beliau masuk ke dalam kali ini dan menancapkan sebuah tongkat sehingga terbebas dari kejaran tentara Belanda.

Ada seorang tetangga kami yang tidak mau disebut namanya,  yang setiap menjelang bulan ramadhan datang berkunjung bersama keluarga kecilnya ke Tugu Soeharto.

"Menikmati kuliner sambil jalan-jalan", begitu katanya beralasan saat saya bertanya mengapa setiap tahun selalu mengunjungi Tugu Soeharto.

Konon setiap malam 1 Syura, Tugu Soeharto juga dipadati pengunjung yang hendak ngalap berkah. Bahkan diantara mereka menebar bunga, membakar kemenyan, dan melakukan ritual kungkum setiap malam satu syura.

Keberadaan Tugu Soeharto dipandang mistis dan memiliki kekuatan gaib sehingga banyak menarik minat pengunjung.  Meskipun tidak diketahui secara pasti, lokasi sebelah mana yang mengandung energi positif.

Saat ini tugu Soeharto nampaknya tutup untuk mencegah dan memutus persebaran virus corona.

Dan cerita Ramadhan di Tugu Semarang tahun ini  sepertinya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena dilalui tanpa tradisi kungkum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun