Konon ibu dan anak memiliki banyak hubungan. Â Selain hubungan keturunan, Â hubungan psikologis, juga ada hubungan yang secara gaib menjadi temali. Â
Hubungan ini diaktualisasikan  dengan berbagai cara.  Selain dengan ritual adat sebagai pengukuhan, dari saat  mulai jadi pengantin sampai melahirkan,  juga dari berbagai kebiasaan  antara ibu dan anak dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan sosial,  bahkan kesehatan.
Pada jaman dahulu, Â kesadaran berobat ke dokter masih berupa jargon semata. Â Yang setiap hari terus digaungkan oleh berbagai pihak.
Sehingga istilah kalau sakit berlanjut hubungi dokter, dipinjam oleh berbagai perusahaan farmasi untuk mengiklankan produknya.
Orang-orang jaman dahulu banyak yang phobia dengan dokter, Â alat suntik, Â obat dan sebagainya. Â Sehingga saat mengalami sakit mereka akan mendiamkannya, atau menggunakan cara lain untuk mengobati penyakitnya.
Salah satu cara yang dilakukan adalah mengunakan cairan ludah yang  keluar dari mulut orang tua.
Kalau bayinya digigit serangga kecil, Â kontan ibu mengoleskan ludahnya pada si bocah.Â
Bahkan ibu sering mengunyahkan makanan bayi menggunakan mulutnya agar bisa dicerna.
Menjilatnya terlebih dahulu bila ada makanan yang pedas terkenal sambal,  baru menyuapkannya  pada si bocah.
Atau kalau bayi cegukan ditempelkan benang dari popoknya yang  dibasahi dengan ludah ibu.
Adik saya yang  terkecil,  jaman dulu pernah terkena cacar air.  Dan waktu belum banyak salep atau obat untuk cacar.  Ibu kami hanya menggunakan babal ( nangka muda yang masih sebesar jempol kaki orang dewasa)