Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ciriwanci Ginawa Mati, Proyeksi dari Karakter yang Tetap Bertahan sampai Ajal Menjemput

10 April 2020   11:21 Diperbarui: 10 April 2020   11:45 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimik yang dilukiskan saat seorang anak marah ilustrasi pixabay

Kata para orang-orang tua, tabiat, perangai, sifat, dan kebiasaan seseorang itu berhubungan dengan proses sepanjang hidup yang dimulai saat masih berada dalam kandungan. Yang melekat dalam diri seseorang sehingga menjadi watak.

Watak seseorang yang tercipta dari sebuah proses pembelajaran dari  mengolah informasi yang membentuk sebuah karakter dan kebiasaan yang  yang  sangat sulit dihilangkan. Menjadi sebuah ciri yang  khas dan sangat sulit dihilangkan.

Dalam peribahasa jawa dilukiskan dengan kalimat ciriwanci ginawa mati.

Ada sejarah dan latar belakang yang  sangat panjang  yang  menjadi alasan mengapa setiap orang  memiliki karakter yang  khas,  dan berbeda satu sama lain.

Meskipun dilahirkan dari  rahim yang  sama,  setiap manusia memiliki karakter yang  berbeda,  bahkan anak kembar identik sekalipun.

Kahlil Gibran, seorang pujangga yang namanya mendunia menukilkan sebuah aroma spiritual yang sarat makna. Dalam bukunya The Prophet yang  telah diterjemahkan lebih dari 100 bahasa,  ia menukilkan nasehat mengenai pengasuhan anak sehingga membentuk sifat, karakter, dan watak hingga ia dewasa.

Tentang pengasuhan anak yang  membentuk sifat dan karakter Kahlil Gibran menarasikan dengan sangat apik,  dan banyak  praktisi pendidikan anak yang menukilkan kalimat-kalimat tersebut dalam berbagai pesan baik melalui media sosial,  buku,  bahkan dalam ceramah-ceramah tentang pendidikan karakter.

Inilah petikannya.
"Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri"

Terkadang anak memang tidak dapat memilih ia akan dibesarkan oleh siapa.  Ada yang  beruntung masih berada dalam pemeliharaan orang tua hingga dewasa,  ada pula yang  harus menerima kenyataan pahit, berada dalam lingkungan yang  salah,  atau kelahirannya tidak dikehendaki sehingga seseorang harus terbuang ke dalam situasi yang tidak nyaman.  Atau ada Yang Salah memilih teman dan komunitas sehingga menciptakan karakter yang  mengakar  dan berujung pada pada penampilan mental dan karakter.

Trauma psikologis juga mempengaruhi seorang anak ketika mengalami pelecehan di masa kecil.  Sehingga membentuk karakter kuat dalam melakukan perlawanan terhadap apa yang telah terjadi pada dirinya,  atau melakukan sesuatu sebagai bentuk pembalasan kepada orang  lain secara random.

Ilmu  titen pada orang jawa dalam mengamati berbagai persoalan, menumbuhkan  berbagai ungkapan untuk melukiskan keadaan secara ringkas dan memiliki makna yang  teramat dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun