Hari ini berbarengan dengan kabar duka dari Istana atas wafatnya Ibunda Presiden Jokowi, saya juga mendapat kabar dari seorang saudara di kota lain, dia terdeteksi PDP corona. Dan memilih untuk isolasi di rumah sakit untuk mengantisipasi segala kemungkinan.
Keluarga mengabarkan bahwa pasien tidak boleh dijenguk selama masa karantina, apalagi ditungguin. Dan mempercayakan semua segala sesuatunya pada rumah sakit sampai ia dinyatakan benar-benar terbebas dari cengkeraman virus corona.
Sebagai saudara, sekaligus sahabat saya merasa ikut berduka. Karena apa yang menimpanya benar-benar di luar dugaannya.
Menurut kabar dari keluarga, Â saudara saya ini memang baru saja pulang dari sebuah kota. Pekerjaannya sebagai pengantar barang logistik antar kota, membuatnya tak bisa berhenti bekerja. Sebab kebutuhan logistik sangat vital dan tak bisa berhenti untuk mendistribusikannya.
Saat pulang, ia mengeluh pusing, suhu badan hampir 39 dan oleh perusahaan dirujuk ke rumah sakit sebagai bentuk kepatuhan terhadap protokol penanganan penyebaran virus corona.
Keluarga hanya diberitahu, disampaikan oleh perusahaan agar tetap tenang, Â tidak boleh menjenguk, dan diminta datang ke kantor perusahaan untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. Â
Istri saya berinisiatif membantu semampunya mengingat kondisi keuangan kami saat ini juga sedang tidak sehat akibat merebaknya virus corona. Dan menahan diri untuk tidak berkunjung ke sana.
Di pemukiman kami sudah beberapa minggu ini sejak covid-19 merebak di Semarang, sudah tidak ada lagi acara kumpul-kumpul warga. Pertemuan warga ditiadakan, pertemuan arisan ibu-ibu ibu dawis ditiadakan. Sedangkan untuk iuran diambil oleh pengurus dari rumah ke rumah berdasarkan kesepakatan di WAG.
Biasanya sebulan sekali kami mengadakan kerja bakti. Tapi untuk saat ini kami meniadakan kerja bakti meskipun rumput liar sudah meninggi.
Acara kumpul-kumpul  teman gang juga sudah tidak ada lagi. Semua menjaga diri, di rumah saja, dan melakukan aktivitas sendiri tanpa ada lagi kebersamaan.
Masjid dan mushola juga terlihat sepi, meskipun setiap kali masuk waktu sholat ada yang azan, tapi jamaah hanya satu dua, sebab warga memilih sholat di rumah sesuai dengan anjuran pemerintah.
Hari ini kita semua harus harus mengikuti protokol yang dibuat pemerintah. Untuk membatasi diri dengan tidak berkumpul dan berkerumun, kecuali terpaksa.