Kita tak pernah tahu mengapa dalam hanya dalam waktu satu bulan virus corona sudah merebak hampir keseluruh dunia. Â Dengan data korban Yang cenderung naik setiap harinya. Â Bahkan media elektronik tak henti-hentinya menayangkan perkembangan virus corona.
Beberapa negara telah mengumumkan travel warning ke sejumlah negara dan menutup lintas penerbangan untuk mencegah penyebaran virus.  Termasuk Saudi Arabia yang  menghentikan sementara kedatangan tamu umrah.  Hingga menimbulkan efek ekonomi bagi para pelakunya dengan sangat luar biasa.
Hampir semua kondisi di dunia kalah populer dengan merebaknya virus corona. Â Perang agama di India, Â perang Turki Rusia, Â bahkan perhelatan olah raga kelas dunia.
Tapi Indonesia sepertinya masih tenang-tenang saja. Â Bahkan membuat program diskon 50% untuk perjalanan wisata. Dengan maksud menggairahkan sektor wisata untuk meningkatkan devisa.
Kita hanya bisa membayangkan bagaimana nasib warga Wuhan sejak pertama kali heboh virus corona.  Korban berjatuhan tiada henti,  rumah sakit penuh dengan orang-orang yang  ingin memeriksakan kesehatannya.  Bahkan membangun instalasi perawatan sebagaimana cerita legenda Indonesia,  1000 kamar pasien dengan peralatan lengkap,  hanya dalam waktu 6 hari.
Peralatan lengkap dan canggih yang  dimiliki China memang memungkinkan antisipasi dibuat sedemikian rupa,  meskipun para politisi china masih menyesalkan tindakan pemerintah yang  kurang  dini menyampaikan informasi.
Sebagaimana dilansir Kompas.com (2/10/11), Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta memprediksi jumlah penduduk di Ibu Kota bakal mencapai 11 juta jiwa pada tahun 2020. Tahun 2010, penduduk Jakarta tercatat 9.588.198 orang. Jumlah itu belum termasuk orang yang tinggal di kota lain dan datang ke Jakarta untuk bekerja pada pagi hingga sore hari.
Luas Jakarta sebagaimana ditulis medium.com  662,3 km menurut SK Gubernur 171/2007, tapi di Google 661,5 km.
Kepadatan luar biasa di Jakarta membuat pemerintah berupaya agar semua permasalahan bisa diatasi segera.  Pusat pemerintahan,  pendidikan,  perdagangan,  banyak terpusat di jakarta. Sehingga tak mengherankan bila banyak kaum urban yang  nekad mengadu nasib menaklukkan jakarta.
Kemacetan panjang bahkan menjadi santapan sehari-hari warga jakarta, Â karena pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat.