Di rumah,  setelah anak kami yang  tertua menikah,  kami tinggal berempat.  Saya ,istri, dan kedua putri saya.
Masing-masing kami punya perangkat seluler sendiri.  Tanpa bermaksud menutupi apapun yang  ada di ponsel,  kami tak pernah memasang kunci layar,  baik  pola angka maupun sidik jari.
Sebab ponsel dengan layar terkunci akan sulit dibuka bila suatu saat ada yang  menghubungi,  meskipun masih bisa kalau untuk sekedar mengangkat telpon.
Ponsel putri saya dulu juga berpola, Â karena kakaknya suka usil mengerjai medsosnya. Â Padahal banyak rahasia katanya. Â Kadang kakaknya mengganggu dengan menjawab komentar di media sosialnya. Â
Tapi pernah suatu ketika ia lupa pola, Â padahal ada informasi yang harus dibuka, Â akhirnya ponsel direset dan ia kehilangan semua datanya. Â Dan sejak itu ponselnya tak lagi berpola.
Diantara keluarga kami memang tak ada ponsel  berpola.  Sebab kunci layar mengandung banyak rahasia.  Padahal kami tak ada punya rahasia, apalagi menyembunyikan sesuatu di balik layar ponsel.
Beberapa waktu lalu saya pernah menulis di Kompasiana, Â seorang teman istri saya yang memiliki masalah serius dengan suaminya, Â ponsel berpola menjadi petaka rumah tangga.
Suatu pagi,  sebut saja Dina(bukan nama sebemarnya), terheran saat melihat ponsel suaminya. Begituh banyak chat mesum di perangkat selulernya, tapi yang mengherankan semua atas nama pria, meskipun dengan poto profil para  wanita.
Sejak ketahuan begitu, suami Dina tak pernah meletakkan lagi ponsel jauh-jauh darinya. Bahkan kalau ada telpon masuk, ia segera menjauh dari sisinya, hanya untuk  mengangkatnya.
Kalau malam hari pasti suami Dina menunggu sampai Dina terlelap duluan, baru ia menyusul ke prmbaringan.
Hal itu terus berlangsung seperti itu sampai beberapa waktu, sampai kemudian sebuah peristiwa terjadi, suami Dina bilang pamit ke luar kota untuk dinas beberapa hari. Tapi setelah ia mengkonfirmasi kantor tempat suaminya bertugas, ternyata tidak ada agenda seperti itu.
