Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Mak Tini Penjual Gado-gado di Kampung Kami

5 Januari 2020   15:00 Diperbarui: 5 Januari 2020   18:00 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Sederhana Mak Tini/dokpri

Mak Tini perempuan tua di pojok gang itu menatap dengan  dagangannya diantara tetes air hujan yang membasahi penutup warungnya yang sempit.

Kursi pelanggan terlihat basah. Beberapa kali ia mengelapnya dan basah lagi terkena tetesan hujan.

Sehari ini hujan memang tak berhenti. Pelanggan tetapnya yang biasanya mampir hari ini tak seorangpun yang menampakkan batang hidungnya. Gorengan yang biasanya laris manis sampai tengah hari, masih utuh jumlahnya dari ia menggorengnya tadi pagi.

Pelanggan dari kantor sebelah--dokpri
Pelanggan dari kantor sebelah--dokpri
Lalu datanglah serombongan orang dari kantor sebelah ia berjualan. Mereka memesan beberapa menu sambil berdesakan menghindari hujan di warungnya yang sempit

"Alhamdulillah", ujar Mak Tini.
"Akhirnya Allah kirim rejeki".

Mak'e, demikian Mak Tini dipanggil oleh para pelanggannya. Adalah seorang pedagang tahu campur di perumahan kami.

Ia hidup bersama anak semata wayangnya yang bekerja sebagai guru di Sekolah ternama di Semarang. Menantunya juga seorang guru.

Mak'e telah ditinggal suaminya pergi untuk selama-lamanya menghadap sang Pencipta sejak anaknya masih kecil. Lalu ia membesarkan anaknya sendiri tanpa bantuan siapapun, sampai anaknya besar, sekolah, kuliah hingga bekerja dan memiliki istri.

Gado-gado buatan Mak Tini--dokpri
Gado-gado buatan Mak Tini--dokpri
Pekerjaan membuat makanan dan menjualnya itu telah ia lakoni selama puluhan tahun. Kadang ia membuat makanan ringan berupa roti basah, arem-arem, lemper, nagasari untuk dititipkan di warung-warung.
Saat bulan puasa ia pun dengan penuh semangat berjualan takjil.

Saya mengenalnya dengan sangat akrab. Saya terkadang mampir sebentar di warungnya hanya untuk minum segelas setup buatannya.

Melayani pembeli--dokpri
Melayani pembeli--dokpri
Tangan mak'e yang mulai keriput, nampak tergopoh mengambil bumbu, terkadang ia meletakkan bumbu tidak dicobek, kacang dan cabe berantakan di luar tempat ia mengulek bumbu.

Kasihan memang, setua ini masih memiliki semangat berkarya entah untuk apa.

Padahal anaknya bisa dibilang sudah mapan. Rumah type 46 dengan dua lantai sudah berhasil dibelinya beberapa tahun yang lalu, yang sebelumnya mereka tinggal di rumah kontrakan yang sempit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun