Pagi ini selepas dari pasar, motor saya parkir di teras rumah. Lalu mak wuus... Aroma sedap wangi rempah menembus pintu  dapur melewati  indera penciuman.
"Masak apa nih istriku?" saya berguman bereaksi.
Spontan saya menuju ke dapur dan terlihat pemandangan yang menggugah selera makan. Satu tungku terlihat daging ayam yang mengambang tanda sudah matang, tungku sebelah, tangan lentik istri saya  mengaduk bumbu berwarna agak hitam kekuningan  dari bahan lada dan bawang putih dan kunyit  yang hampir matang pula.  Kompor tempat menggoreng bumbu dimatikan dan ia angkat penggorengan lalu ditumpahkan ke atas wadah berisi kaldu ayam.
Bau sedap makin semerbak. Saya  terus melihat tangan istri mengambil beberapa daun bawang , ia iris tipis-tipis, bawang putih yang ia potong barusan digorengnya.
Lalu cabe rawit setan yang sudah matang sedari tadi ia ulek menjadi adonan  sambal. Tak lupa  pula tempe goreng menjadi pelengkap tersaji di piring.
Sementara tauge yang baru ia rebus, dan mi soon, ia tiriskan. Sambil menunggu semuanya siap daging ayam di kuah kaldu diambilnya lalu disuwir-suwir dan ditata jadi satu dengan irisan bawang polong, tauge dan soon.
Hmm...Kebayang sudah bagaimana nikmatnya.
Tak menunggu lama, saya segera mengambil mangkok, menaruh nasi putih di atasnya, lalu tauge,soon, bawang putih, irisan daun bawang, dan suwiran daging tertabur di atas nasi. Dan kuah yang kemebul segar menyiram soto yang sudah jadi. Dan saya menikmati soto 2 mangkok penuh siang ini.
Mungkin menurut orang lain soto-soto itu enak. Tapi menurut saya paling enak tetap soto buatan istri saya karena dibuat dan disajikan dengan penuh Cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H