Beberapa hari terakhir ini sampah tempat kami sering terlambat diangkut. Dan terkadang tong sampah tidak muat menampung sampah. Beberapa bungkus terberai dicacah tikus atau kucing liar dan menimbulkan bau busuk.Â
Istri saya terus mengomel, melihat tumpukan sampah disekitar tong penampung yang beberapa hari ini posisinya makin berantakan.
Lalu Mbah Kasrun dengan armada kebanggaannya datang. Mengambil tong satu persatu, mengangkatnya dan menuangkan isinya ke bak gerobag motornya.
Ada yang unik dari Mbah Kasrun, beliau tidak mengambil setiap bulan gaji yang menjadi haknya. Bahkan beliau mengambilnya setiap tahun. Setelah memiliki gerobag motor roda tiga, gaji pengangkut sampah dinaikkan berdasarkan kesepakatan dapat RT. Saat ini gaji Mbah Kasrun Rp.700.000/bulan yang ia bagi dua dengan anaknya.
Tiga RT yang menjadi kewajibannya menghasilkan uang Rp.2.100.000/tiap bulan. Dan kira-kira  Rp. 22.500.000 tiap tahun ditambah bonus lebaran satu kali gaji.Â
Memang sebenarnya tak terlalu banyak untuk ukuran sekarang karena itu hasil pertahun. Tapi Mbah Kasrun juga memiliki pekerjaan lain sebagai petani tegalan yang dari hasil panennya ia gunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari.
Kami sangat bersyukur ada Mbah Kasrun. Pekerjaannya yang mulia tapi dianggap remeh oleh sementara orang ini membuat lingkungan kami jadi bersih. Semoga Mbah Kasrun tetap sehat.
Coba bayangkan apa jadinya kalau tidak ada pembuang sampah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H