Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ronde Lek Ndimin

2 Januari 2020   10:28 Diperbarui: 2 Januari 2020   21:19 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang biasa menyebut minuman ini dengan nama ronde. Entah bagaimana asal mulanya hingga minuman popular di Indonesia ini dinamai ronde. Di beberapa daerah harga semangkok wedang ronde bervariasi. Antara Rp.5000- 7000.

Rebusan air jahe yang dituang ke dalam mangkok lalu dimasukkan toping berupa irisan kolang-kaling, agar-agar, dan kacang tanah yang disangrai. Pentol 2-4 biji sebagai isian inti. Pentol ini terbuat dari tepung ketan yang digulung sebesar biji bakso, dan di dalamnya berisi kacang tanah. 

Pemanisnya berasal dari gula pasir atau gula Jawa yang sebelum dicairkan dengan air rebusan jahe. Beberapa pedagang membuat ronde dingin dengan menambahkan es dan sirup sebagai pemanisnya.

Tampilan wedang ronde yang menyehatkan. dokpri
Tampilan wedang ronde yang menyehatkan. dokpri
Di dekat saya mangkal berjualan siomay ada seorang pedagang ronde yang menggelar dagangannya dari sore hari jam 17.00 sampai malam hari. Keramahan lek Ndimin (panggilan akrab ) banyak orang yang sudah merasakan.

Ia populer di area tempat tinggalnya. Terbukti saat cuaca cerah banyak tetangganya yang mampir menikmati ronde atau sekedar duduk sambil ngobrol santai.

Lek Ndimin hadir di tengah-tengah kami seperti sang pencerah. Seringkali orang datang meminta nasehat padanya berkaitan dengan masalah cinta, pekerjaan, atau masalah yang lain.

Lek Ndimin dilahirkan di  Gunungkidul 34 tahun yang lalu, masih muda memang. Tapi pengalaman hidup telah menempanya menjadi sosok yang humanis dan sangat kuat secara rohani. Pernah suatu hari, kami para pedagang berkumpul dan berbicara satu sama lain, saat pembeli sepi.

Saat seusia SMP, waktu ujian hampir datang, ia pergi tanpa pamit ke Jakarta. Luka hati karena pertengkaran dengan salah satu kakaknya membuat lek Ndimin berlaku nekad. Ibunya menangisinya dan menyuruh saudaranya yang lain untuk menyusulnya ke Jakarta. Tapi kedatangan kakaknya tidak merubah fikirannya untuk tetap tinggal di sana. 

Ibunya di kampung, sampai memohon, dan menjanjikan akan memberikan apapun asalkan anak bungsunya ini mau pulang. Tapi Lek Ndimin tetap bersikeras, tak mau pulang.

Dalam asuhan kakaknya yang lebih  besar, Lek Ndimin tumbuh di Jakarta. Awalnya bekerja serabutan di berbagai tempat, termasuk jadi tukang becak dan kuli batu. Sampai pada akhirnya ia bisa bekerja di sebuah pabrik makanan kecil di kawasan Cikarang.

Dan di pabrik inilah ia bertemu dengan seorang gadis asal Brebes Jawa Tengah yang kini telah memberinya dua orang anak laki-laki. Dari Jakarta ia kemudian hijrah ke Semarang menempati rumah kakaknya yang lain di perumahan. Kakaknya yang di Semarang ini membelinya beberapa tahun silam dan tidak ditempati karena ia memiliki rumah di lain tempat.

Kakaknya yang lain ada yang tinggal di daerah Semarang. Ada yang bekerja sebagai PNS di dinas propinsi Jateng, tentara, dan satu lagi yang berjualan ronde.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun