Pagi itu jarum jam menunjukkan pukul 4.30, alarm berdering keras, sayup-sayup terdengar suara Iqamah dari mushola terdekat. Terperanjat saya. Terbangun dengan rasa bersalah dan segera bergegas bangun.
Pagi ini saya sudah berjanji bertemu dengan kawan lama untuk memancing di laut Semarang.
"Jangan terlambat ya mas, saya tunggu di masjid Kauman Johar, kita sholat subuh di sana lalu berangkat", kata pak Haji Muh Karyono  satu hari sebelumnya berpesan dengan penuh penekanan.
Malam hari saya kedatangan seorang tamu dari luar kota, saking asyiknya hampir jam 02.00 dinihari ia baru pamit pulang.
Setengah gontai saya menuju ke kamar dan langsung terlelap tanpa memperdulikan istri saya yang sudah dulu rebahan.
"Duh terlambat nih," saya berguman sendiri.
Tiba-tiba ponsel berdering, seseorang di seberang bertanya, "sampai di mana?"
"Otw pak, baru sampai peterongan,", jawab saya berbohong untuk meyakinkan bahwa saya sudah berangkat.
Segera setelah itu saya membersihkan badan ala kadarnya, sholat subuh, dan lupa kalau istri saya sudah menyeduh kopi.
Buru-buru saya keluar rumah menerobos pagi yang masih gelap dan berharap kawan saya masih bersedia menunggu.
Di perjalanan, saya mendapat telpon lagi, dan bertanya, "posisi di mana pak, saya sudah di dermaga pos VII", bunyi suara di seberang.