Saya lelaki tua pedagang siomay yang makin hari kondisinya makin melemah karena usia, mata yang mulai rabun, gigi yang mulai tanggal satu persatu dan tenaga yang mulai setengah tiang.
Sempat ngicipi nikmatnya bangku kuliah selama 5 tahun  di Yogyakarya dan tak pernah wisuda karena terburu-buru nikah lalu menjadi target kuota transmigrasi di Kalimantan.
Lokasi yang tak representatif membuat pemukiman gagal dan warga transmigrasi hampir semuanya kembali ke Jawa dengan cara masing-masing
Pulang Ke Jawa di tahun 2000, dalam kondisi kalut, tak punya pekerjaan tetap, sementara kebutuhan makin menggunung disamping anak yang makin tumbuh besar membutuhkan biaya hidup.
Hampir semua pekerjaan pernah saya lakoni, dari buruh pabrik, kuli bangunan, penjaga hotel, bank thithil, kernet truck, Â tukang becak, bahkan buruh suruhan yang melakukan apa saja yang penting dapat duit halal. Â Bahkan jadi guru SMP pun pernah saya lakoni.
Sampai akhirnya, saya bertemu teman SD, sebut saja namanya Trimo. Waktu sekolah tak memiliki prestasi yang berarti, lha wong bisa membaca tulisan saja waktu sudah kelas 3 SD. Dia tak melanjutkan sekolah setelah tamat SD.
Kesehariannya berjualan siomay keliling kampung, dari jam 12 siang sampai sore. Dengan cara dipikul. Saat ia pulang jualan, saya bertanya, "dapat berapa mo?", Ia menjawab, "hari ini sangat sepi saya hanya dapat rp.300.000 saja". Padahal waktu itu gaji saya di bank thithil hanya Rp.140.000 sebulan, Allah memang maha kaya.
Beberapa waktu saya berfikir, mengapa saya tidak berdagang seperti Trimo?. Akhirnya dengan sedikit menutupi rasa malu, saya bertanya pada Trimo, bagaimana cara membuat siomay, dan saya sengaja membeli  gerobak lama yang ia miliki.
Mulai hari itu, saya mulai berjualan siomay.Tiap malam istru saya menangis melihat bahu saya yang mulai  memerah dan terluka karena tekanan kayu untuk memikul.
Tapi rasa perih dan sakit itu saya tahan dan terobati tatkala dagangan habis dan untung penjualan dihitung. Sampai kemudian kami memiliki rejeki, bisa membeli motor  bekas, dan mulai berjualan menggunakan motor bekas. Ongkos perawatan motor bekas ini kalau dihitung-hitung sudah dapat motor lagi, karena sering rewel.
Beberapa saat berlalu, Allah berikan lagi saya seorang puteri yang kini sudah kelas 1 SMA, seiring waktu dagangan saya mulai dikenal orang, saya sering mendapat pesanan untuk acara resepsi, dan akhirnya bisa membeli motor baru.