Yang namanya masjid biasanya terlihat bangunannya. Karena dibuat di atas permukaan tanah sebagaimana kelazimannya.Arsitektur masjid jaman ini terlihat sangat megah dengan berbagai sentuhan interior dan ekterior yang makin enak dipandang mata.
Masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah semata, tapi pada masa ini masjid menjadi tujuan wisata yang mengundang decak kagum bagi orang yang mengunjunginya.
Di kabupaten Tuban tepatnya di Desa Gedong Ombo kecamatan Semanding terdapat masjid unik yang kian hari kian bergema se Nusantara. Masjid ini menjadi tujuan wisata religi bagi umat Islam Indonesia dan mancanegara  di bulan-bulan tertentu.
Masjid ini posisinya memang berada di dalam bekas goa yang konon kabarnya terbentuk dari hentakan kaki seorang Wali kala itu.
Dari luar bangunan ini hanya berupa gapura di pinggir jalan yang menjadi pintu masuk para pengunjung yang menuju  lorong ke dalam masjid. Lorong menuju masjid dilengkapi hiasan kaligrafi di  dinding kiri kanan dan ada semacam meja panjang  berisi berbagai macam hiasan dari batu dan tanah.
Sepertinya meja panjang ini juga berfungsi sebagai  pemisah jalan antara  pengunjung laki-laki dan perempuan .
Diujung meja panjang ini nampak cahaya temaram ruangan masjid. Tiang masjid masjid terlihat besar dan terpasang kokoh di beberapa sudut. Di ruangan ini  terdapat peralatan pengeras  pengeras suara yang dijadikan sarana oleh pengelola untuk menyampaikan informasi kepada para pengunjung secara berombongan.
Biasanya rombongan datang ke Masjid Perut Bumi mereka melakukan ritual tahlil dan doa. Dan setelah itu pengelola akan menyampaikan sejarah pendirian masjid dari awal mula terbentuknya goa sampai jadi masjid seperti sekarang ini.
Pandangan ke sekeliling ruangan memang nampak gelap. Di bawah tempat pertemuan ada ruangan menyerupai Ka'bah lengkap dengan hajar Aswad di salah satu ujung bangunan. Saya mengelilingi bangunan ini dan menemukan banyak lorong gelap yang menuju ke ruangan lain yang masih beralas tanah.
Dalam ruangan masjid perut bumi terdapat hiasan kaligrafi dan beberapa ruangan berpintu. Konon ruangan ini diperuntukkan bagi pasangan yang sudah lama menikah tapi belum dikaruniai momongan. Pasangan seperti ini bila ingin memperoleh keturunan boleh berkonsultasi dengan pengelola, mereka nanti akan ditempatkan dalam sebuah ruangan bersama pasangan selama 9 hari tidak boleh keluar, kecuali yang laki-laki melaksanakan kewajiban sholat berjamaah dan jumatan.
Ruangan masjid memang nampak di dalam goa. Stalagtit alami dan buatan terlihat di langit2 masjid. Kondisi yang lembab dan temaram membuat suasana dalam masjid ini seperti ada aroma magic.
Pintu keluar, berbeda dengan pintu masuk. Menuju keluar pengelola menyediakan berbagai ramuan obat tradisional yang konon bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Bila pengunjung menginginkan maka boleh membawanya dengan mengganti mahar kalau tidak salah rp.25.000/paket .
Keluar dari masjid, melalui lorong sempit yang sebagian kiri kanan dinding nampak rembesan air tanah. Saat saya bertanya pada pengelola bagaimana kalau terjadi hujan? Pengelola menjawab bahwa struktur bangunan masjid ini dibuat seperti gedung yang beratap. Air hujan yang mengalir dari jalan raya tidak akan masuk dan merendam goa. Sebab sudah dibuatkan saluran khusus untuk mengalirkan dan menampung air dari atas.
Di pintu keluar goa terdapat pasar wiisata yang menyediakan berbagai keperluan para pengunjung. Seperti makanan dan minuman, pakaian, serta mainan anak-anak.
Anda pasti penasaran dengan suasana masjid perut bumi ini. Anda boleh mengunjunginya kapan saja dan mendapat manfaat dari kunjungan anda. Saya mengunjungi tempat ini setelah lebaran 2019 kemarin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H