Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan Si Miskin dan Si Kaya Apa Parameternya?

27 Desember 2019   13:42 Diperbarui: 27 Desember 2019   13:45 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaya dan miskin seperti dua sisi mata uang. Saling membutuhkan. Tak ada yang disebut orang kaya bila tak ada orang miskin, begitu pula sebaliknya.

Sebagai kaum Borjuis pemilik modal, Si Kaya memiliki usaha seperti pabrik, usaha peternakan, usaha perdagangan dan sebagainya. Tapi ia tetap butuh si miskin yang akan mengolah semua aset produksinya.

Derma sosial kewajiban orang kaya yang mampu memenuhi kebutuhannya dan memiliki kelebihan harta, tapi itu semua tak ada guna bila tak ada orang miskin yang menjadi penerima bakti sosialnya.

Pada jaman dahulu, orang-orang kaya itu wujud dalam kehidupan sebagai pejabat dan keturunan ningrat. Mereka adalah penguasa wilayah yang mengukuhkan status quonya dengan berbagai aturan adat dan tradisi yang  yang sangat mengikat. Tak ada nilai tawar, yang melanggar akan mendapatkan sanksi baik secara langsung maupun tidak. Bumbu Mithologi yang telah menguratakar seperti menjadi penguat akan keberadaan sang penguasa dan yang tidak berdaya.

Saat jaman modern, keberadaan benda yang dimiliki seperti menjadi simbol antara si Kaya dan Si Miskin. Rumah megah, mobil mewah, ditambah dengan kepemilikan gadget berharga mahal super canggih seakan jadi pelengkap.

Pada jaman dahulu waktu saya kecil, makan di gerai MC Donald atau di KFC hanya menjadi sebuah mimpi. Saya sering melintas di beberapa Mall di Semarang yang menyajikan produk makanan dan dinikmati pengunjung, terlihat oleh orang yang berjalan. Saya sering menelan ludah, bahkan liur ini sempat menetes karena saking kepinginnya. Nasib orang miskin memang.

Hari ini orang kaya dan miskin memang seperti tak terlihat perbedaannya. Orang kaya bisa pesan makanan di mall, orang miskin pun bisa. Orang kaya bisa memiliki mobil mewah rumah megah peralatan super canggih  dengan cara membeli, orang-orang miskin pun banyak yang nekad meraihnya dengan cara kredit.

Saya memiliki seorang kawan di Jakarta yang memiliki 10 titik gerai restorant dan 5 food court. Pendapatan brutto  perbulan bisa mencapai  10M setiap.  Dengan biaya produksi dan ratusan karyawan yang menjadi bebannya, membuat kawan saya seperti mengeluh dengan keadaan. Usaha yang keras dilakukan siang malam untuk menggenjot pendapatan selalu berakhir dengan kalimat impas.

Tak ada kelebihan keuangan yang berarti. Sehingga mesin uang yang ia ciptakan masih belum bisa berfungsi secara optimal karena ia harus mengendalikan semuanya secara mandiri.

Kawan saya yang lain, sebut saja Azam (bukan nama sebenarnya) seorang pedagang gorengan dengan modal 5 kg tepung/hari dan kelengkapannya seperti tempe, pisang dan tahu, berjualan di sebuah petak kontrakan yang disewanya . Sehari ia bisa  menghasilkan pendapan brutto sekitar 500.000. Modal mandiri  yang ia kelola sendiri  membuatnya nyaman. Setiap hari ia mengatur pendapatannya untuk modal dan keperluan hidupnya. Begitulah setiap hari.

Rejeki memang sudah tertulis di langit. "Maktubun fi as-sama'. Berapapun jatah yang diterima oleh manusia sudah tertulis sebelum manusia tercipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun