Idul fitri telah berlalu. Tetapi semangat akan hari kemenangan masih 'sedikit' terasa. Sedikit mengulas kembali tentang hari kemanangan. Kemenangan yang dirayakan dengan mengerahkan seluruh energi, baik material maupun immaterial. Baik tenaga maupun metari yang harus digelontorkan. Konon, menurut catatan Bank Indonesia, untuk merayakan hari kemenangan dengan tradisi mudik mengalirkan dana sebesar Rp 61 triliun.
Menang, umat islam baru saja merayakan kemenagan setelah sebulan melawan hawa nafsu. Diperangi dengan sudah payah. Bagaimana tidak susah payah? kewajiban umat pada saat ramadhan menahan makan dan minum plus nafsu. Namun, pada saat bersamaan warung-warung yang menyediakan makan orang yang tidak puasa dipaksa tutup. Warung-warung yang menghidupi manusia-manusia pinggiran dengan menjajakan tubuh dipaksa tutup. Sepertinya peran melawan hawa nafsu itu seperti perang formalitas tanpa ada suatu yang realitas.
Hawa nafsu yang menjadi momok paling sukar untuk dilawan. Hal ini terlihat dari paksaan dengan segala aturan atas tempat maksiat ataupun tontotan yang mengumbar nafsu. Sehingga puasapun sepertinya hanya melawan sedikit nafsu.
Di tanah jawa, dalam budayanya. Ada sebuah konsep pribadi jawa menyikapi kehidupan sosial yang sering manusia melewati batas-batas sebagai manusia yang sesungguhnya. Munculah konsep "menang tanpo hangasorake" atau menang dengan tidak merendahkan pihak lawan. Atawa Bagaimana kemenangan yang sejati dengan tetap menganggap pihak yang menjadi lawan atau antitesis dalam pergulatan sosial ini tetap sepadan.
Memenangkan sebuah pertandingan bukanlah mengaharapkan sebuah tropi atau sanjungan atau harapan akan materi yang melimpah. lebih-lebih surga dengan segala fasilitasnya. Memenangkan dengan memahami dengan segala akal dan budi yang dimiliki atas lawan-lawan tersebut untuk dikemudian hari tidak menjadi musuh dalam selimut menjadi sahabat yang membawa kedamaian hidup umat manusia.
Nafsu tak hanya nafsu atas kebutuhan seks, tetapi ada nafsu lain. Nafsu perburuan materi yang melahirkan sifat tamak dan memperluas cara-cara atau praktek-praktek korupsi atau kolusi. Semoga kemenangan kemarin bukanlah kemenangan semu atau formalitas....
Tetaplah menang.... menjemput kemenangan yang sejati....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H