Mohon tunggu...
Ahmad Mastur
Ahmad Mastur Mohon Tunggu... Lainnya - FTIK UNISNU JEPARA

PGSD'17

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indahnya Kebersamaan dalam Perbedaan di Sekolah Inklusi

19 Juni 2020   00:30 Diperbarui: 19 Juni 2020   07:48 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang ada dibenak anda setelah mengamati gambar diatas?? Pastinya timbul tentang adanya perbedaan bukan? Lalu apakah iya pendidikan inklusif dapat menyatukan perbedaan? Ayo ulas lebih jelas melalui penjelasan dibawah ini!!!! 

~~~~ Selamat Membaca ~~~~

Setiap individu memiliki latar belakang dan kondisi fisik yang berbeda-beda. Perbedaan itu membuat kebanyakan orang menjadi asing antara satu sama lain, sehingga menjadikan mereka renggang. Dengan adanya perbedaan, seharusnya mereka saling menyatukan satu sama lain, karena setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk hidup dan belajar.

Sejalan dengan hal itu, Wijaya (2019: 60) menjelaskan bahwa dalam diri individu berkebutuhan khusus pasti ditemukan keunggulan tertentu. Sebaliknya, dalam diri individu berbakat pasti juga terdapat kecacatan tertentu, karena tidak ada makhluk di bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan keunggulan tidak akan memisahkan anak yang satu dengan anak yang lain, seperti halnya perbedaan suku, bangsa, budaya dan agama tetap dalam satu kesatuan. Hal ini diwujudkan dalam suatu sistem pendidikan. Sistem pendidikan memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar peserta didik yang beragam, sehingga memicu sikap silih asah, silih asih dan silih asuh dengan semangat toleransi yang tampak.

19-5eeb8b6c097f361ffc2ebb42.jpg
19-5eeb8b6c097f361ffc2ebb42.jpg
Menurut Ilahi (2013), ABK adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen, sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan yang lebih intens. Sejalan dengan hal itu, Wijaya (2019: 6) menyatakan bahwa ABK diangggap berbeda dari anak reguler karena ia merupakan sosok yang tidak berdaya sehingga perlu dikasihani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena setiap anak memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Oleh karena itu, dalam memandang ABK, kita harus melihat dari kemampuan sekaligus ketidakmampuannya. ABK memerlukan perhatian, baik dalam bentuk kasih sayang, pendidikan maupun dalam berinteraksi sosial sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Pembelajaran bagi ABK di sekolah inklusi, selain menuntut kemampuan pengetahuan dan keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru, juga menuntut kemampuan memberikan kasih sayang yang hangat kepada ABK sebagaimana anak mereka sendiri.

Pendidikan inklusif telah hadir sebagai konsep inovatif yang memungkinkan semua anak di Indonesia dapat mengenyam pendidikan tanpa melihat latar belakang kehidupan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 menjelaskan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pembelajaran secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ilahi (2013), yang menyatakan bahwa pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang memberikan layanan terbuka bagi siapa saja yang memiliki keinginan untuk mengembangkan potensi secara optimal.

Menurut Nugroho dan Mareza (2016: 148), kehadiran pendidikan inklusif berpotensi mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi setiap anak dengan segala keragamannya, terutama ABK. Keuntungan dari pendidikan inklusif, yaitu semua anak dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat dan kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing.

So, kebersamaan menjadi hal yang sangat menyenangkan ketika didasari dengan rasa saling menghargai dan menerima perbedaan antar sesama. Tidak ada unsur merasa paling benar sendiri atau memaksakan kehendak pada orang lain. Hal ini diibaratkan seperti pelangi. Artinya pelangi tidak akan indah jika hanya satu warna. Jangan memaksa untuk sama dan terimalah perbedaan sebagai suatu hal yang indah dan berguna. Dengan kebersamaan kita akan mendapatkan arti hidup yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA:

Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nugroho, Agung dan Lia Mareza. 2016. Model dan Strategi Pembelajaran ABK dalam Setting Pendidikan Inklusi. Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa. 2 (2): 145-156.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

Wijaya, David. 2019. Manajemen Pendidikan Inklusif Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun