Tujuh tahun merupakan waktu yang singkat. Terbukti, terlewati begitu saja dan seperti baru kemarin. Muncul di sini setelah tujuh tahun itu, merupakan suatu nikmat yang perlu disyukuri.
Banyak hal yang terjadi dalam kurun waktu tujuh tahun itu. Dan yang paling bermakna untuk ditulis di sini ialah pandemi. Situasi yang membelenggu kita semua ini, dan ironisnya banyak tidak dipercayai oleh masyarakat kita, salah satunya karena banyak beredar hoaks yang merendahkan kualitas intelektual kita bersama.
Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Belum lagi, di tengah tsunami kasus positif COVID-19, banyak oknum yang menjadikannya sebagai kesempatan untuk menangguk keuntungan di atas penderitaan sesamanya melalui aksi timbun menimbun komoditas esensial yang diperlukan dalam rangka penanganan COVID-19.
Menghadapi hal itu, kita dituntut untuk meningkatkan soliditas, solidaritas, dan kohesivitas bersama. Pandemi ini adalah ujian yang harus ditempuh untuk meningkatkan derajat kita sebagai hamba Allah SWT, yang seyogyanya kita hadapi dengan shabar dan shalat.
Shabar merupakan dimensi psikologis dan pengendalian diri terhadap faktor eksternal. Shalat merupakan aspek spiritual yang berdampak secara sosial karena di dalamnya mengandung semangat pencegahan perbuatan merusak yang tercela.
Wa bakdu, mari kita galakkan physical distancing dan rekatkan social distancing.
Bogor Jauh, 24 Juli 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H